Tuesday, August 23, 2011

living Room Design ,Interior Living Room Ideas




Saturday, August 20, 2011

MUJAHADAH WAHIDIYAH

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
 MUQADDIMAH
 ALLOH (Subhanahu Wata’ala) memberi kepada setiap manusia dua rangkaian bentuk kekuatan. Kekuatan lahir dan kekuatan batin, kekuatan jasmani dan kekuatan rohani. Kedua-duanya harus digunakan oleh manusia untuk memperoleh keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Hanya menggunakan kemampuan lahir saja berarti menyia-nyiakan pemberian ALLOH (Subhanahu Wata’ala) yang berupa kemampuan batin dan masih tersesat, kemudian terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Begitu juga hanya menggunakan kekuatan batin saja juga termasuk penyelewengan, yakni tidak mensyukuri ni’mat pemberian ALLOH (Subhanahu Wata’ala) berupa kekuatan lahir dan oleh karena itu tidak akan mencapai apa yang dicita-citakan, terkecuali yang mendapat fadlol khusus dari ALLOH (Subhanahu Wata’ala) . Kemampuan rohani dan kemampuan jasmani harus digunakan seirama dan seimbang.
Akan tetapi sayangnya, kebanyakan manusia hanya kekuatan lahir yang digunakan paling menonjol. Sedangkan kemampuan batin, kemampuan rohani jauh terbelakang dibanding dengan aktifitas lahir. Padahal sebenarnya kemampuan lahir itu lebih terbatas jika dibanding dengan kemampuan rohani, sekalipun kekuatan lahir disediakan pengaturan - pengaturan dan dibuatkan persiapan - persiapan yang lengkap dan canggih. Disamping itu pada kekuatan lahir banyak dijumpai resiko-resiko yang lebih berat dibanding dengan penggunaan aktifitas batin. Dan penggunaan aktifitas batin itu tidak akan mengganggu pelaksanaan aktifitas lahir, bahkan menunjangnya. Kemampuan batin atau kemampuan rohani sebaliknya adalah luas sekali. Tidak terbatas, dan justru besar sekali menunjang kelancaran penggunaan kemampuan lahir. Semakin banyak, semakin tekun menggunakan kemampuan rohani, semakin besar pula potensi bathiniyah seseorang dan semakin dekat kepada ridlo ALLOH (Subhanahu Wata’ala) dan otomatis semakin mustajab.

Wednesday, August 3, 2011

Kepasrahan untuk mendekatan diri pada Alloh swt

  1. Ikhlas. Ada orang yang pernah mengatakan, "Aku tidak tahu mengapa aku tetap mencintainya, meskipun dia telah membuat hal-hal yang tidak aku sukai." Bisa jadi, orang itu telah mencintai orang yang dicintainya apa adanya, tidak pakai syarat dan alasan.  Lalu bagaimana agar kita mampu mencintai seseorang apa adanya? Kunci pertama adalah ikhlas dan tulus, artinya kita benar-benar mencintai orang yang kita cintai tanpa syarat atau alasan. Percuma mencintai jika tidak ikhlas, karena akan membuat hati kita masih merasakan sesak. Ikhlas itu kunci untuk menjadikan hati kita seluas samudera, bukan selebar daun kelor.
  2. Sabar. Mungkin, ada kalanya orang yang kita cintai, bersikap yang tidak sesuai dengan keinginan dan kemauan kita sehingga membuat kita kesal, maka disini diperlukan kesabaran, agar kita bisa memakluminya. Mungkin orang yang kita cintai itu belum mengerti jalan pikiran kita atau belum mengetahui apa yang kita mau dan apa yang kita tidak suka. Positive thinking dan persepsi yang baik-baik saja, karena tidak ada gunanya kalau pikiran dan hati kita berprasangka buruk
  3. Bersyukur, Mencintai adalah karunia terbesar dari Allah. Mumpung rasa cinta dan kasih sayang belum dicabut oleh Allah dari hati kita, yuk.. kita bersyukur.  Bersyukur karena telah mencintai orang yang yang kita sayangi, bersyukur atas pemberian rasa cinta dan kasih sayang dari-Nya, bersyukur karena hati kita tidak mati untuk mencintai. Sahabat2ku, rasa cinta dan kasih sayang yang hadir di dalam hati kita sesungguhnya berasal dari Allah, Yang Maha Kasih, Maha Penyayang, maka hal tsb lah yang harus menjadi landasan, atau dasar kita mencintai orang-orang yang kita cintai. Bukan karena wajahnya, bukan karena materinya, bukan karena sifatnya, tapi karena Allah.
  4. Kenali Kekurangan Yang Ada Pada Diri Sendiri. Bukan hanya orang yang kita cintai yang memiliki kekurangan tetapi diri sendiri pun memiliki kekurangan. Oleh karena itu sebelum menilai kekurangan orang lain, lihatlah kekurangan yang ada pada diri sendiri. Jika sudah mengetahui kekurangan diri sendiri, terimalah kekurangan itu. Dan jika sudah dapat menerima kekurangan diri sendiri maka dapat menerima kekurangan orang lain termasuk kekurangan pasangan.
  5. Lihatlah Kelebihannya, karena orang yang benar2 mencintai tidak akan melihat dan mempermasalahkan kekurangan oarnag yang dicintainya. Jangan melihat kekurangan yang dimiliki orang yang kita cintai, tetapi lihat lah kelebihan yang dimilikinya dan jika sudah mulai ingat kekurangannya, coba ingat kelebihan yang dimilikinya. 
  6.  Menerima Apa Adanya. Tumbuhkan rasa cinta setiap hari dan biarkan bersemi. Jika cinta semakin tumbuh, maka kekurangan yang dimiliki pasangan pun akan diterima dengan sendirinya. Karena cinta yang tulus adalah menerima apa adanya semua kekurangan2 orang yang kita cintai. Cintailah semua kekurangan2 orang yang kita cintai secara utuh apa adanya. Sungguh, tiada yang lebih membahagiakan seorang wanita, bila pria yang dicintainya, mau dan bisa mencintai semua kekuarangan2nya dan menerimanya secara utuh apa adanya.
Cintailah seseorang dengan segala kesabaran dan keikhlasan hati. Cintailah seseorang dengan melihat agamanya, bukan fisiknya. Cintailah seseorang dengan semua kekurangan2 yang dimilikinya. Cintailah seseorang, tanpa melebihi rasa cinta kita padaNya

Kita melihat bagaimana Al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan. Ibaratnya wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Allah dalam al-A’raf 189, ”Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”
Karena itu, sebuah pernikahan tidak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan yang berupa kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. “Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka (QS. Al Baqarah : 187)

Dengan memahami hal ini, Insya Allah kita dapat menerima semua kekurangan2 orang yang kita cintai, dan siap membina kehidupan rumah tangga dengan orang yang kita cintai. Dan Insya Allah, rumah tangga kita akan tenteram dan tenang jika dilandasi dengan keikhlasan menerima dan mencintai semua kekurangan2 pasangan kita apa adanya, dan menjadikan semua kekurangan2nya sebagai suatu kelebihan, saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Hidayah Alloh swt kepada Manusia

Hidayah Alloh Kepada Manusia

Pernahkah sahabat2 memikirkan bahwa sesungguhnya kita berada dalam anugerah yang tiada ternilai dari Allah SWT yang memiliki kerajaan langit dan bumi, sementara begitu banyak orang yang dihalangi untuk memperolehnya?   Kita bisa tahu ajaran yang benar dari agama ini. Mana yang benar dan yang salah, tahu mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya ditinggalkan, lalu kita dimudahkan untuk mengikuti yang benar dan meninggalkan yang salah.   Sementara, banyak orang tidak mengerti mana yang benar dan mana yang sesat, atau ada yang tahu tapi tidak dimudahkan baginya untuk mengamalkan kebenaran, malah ia gampang berbuat kesalahan.  Kita tahu apa tujuan hidup kita dan kemana kita akan menuju. Sementara, ada orang2 yang tidak tahu untuk apa sebenarnya mereka hidup. Bahkan kebanyakan mereka menganggap, mereka hidup hanya untuk dan di dunia saja, sekedar makan, minum, dan bersenang-senang di dalamnya lalu mati dan selesailah kehidupan. Anugerah terbesar itu dalah hidayah taufiq dari Allah SWT.  Insya Allah, hidayah taufiq inilah yang akan sedikit dibahas dalam tulisan ini.

Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (QS. Al-Fatihah [1]: 6)   “Allah SWT tidak meletakkan hidayah di dalam hati kecuali kepada orang yang pantas mendapatkannya. Adapun orang yang tidak pantas memperolehnya, maka Allah SWT tidak memberikan hidayah tersebut. Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Memiliki Hikmah, Maha Mulia lagi Maha Tinggi, tidak memberikan hidayah kepada setiap orang, namun hanya diberikannya kepada orang yang diketahui-Nya berhak, mau dan memang pantas mendapatkannya (Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk, (QS. Al-Qashash:56). Sementara orang yang Dia ketahui tidak pantas beroleh hidayah, maka tidak diberikan hidayah tsb. Di antara sebab terhalangnya seseorang memperoleh hidayah adalah karena selalu berbuat dosa, kebatilan, kefasikan, semua ini menjadi penyebab seseorang tidak  mendapatkan  hidayah taufiq dari Allah SWT.

Barang siapa yang telah mengetahui kebenaran tetapi ia tidak menerimanya, maka ia akan terhalang dari hidayah, contohnya, seseorang yang telah tahu perbuatan dosa itu salah, tetapi ia tidak perduli dan tetap melakukannya, dan tetap melakukan penyimpangan dan kesesatan, maka orang seperti itu jauh dari hidayah Allah dan bisa menjadi orang yang di istridjat Allah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:“ Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.  (QS. Ash-Shaf:5) dan Allah SWT juga berfirman : ”Dan begitu pula Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur’an) pada awal kalinya dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS.Al-An’am:110)

Seorang ulama atau guru dsb, hanya dapat membuka jalan, memberi peringatan dan penerangan dan bimbingan kepada jemaahnya, mengajari mana yang benar, mana yang salah. Masalah yang disampaikan oleh ulama, Ustadz atau guru itu, masuk atau tidak nya kedalam hati seseorang,  itu semua, tergantung pada Allah SWT.  Hanya Allah yang bisa memasukkan iman ke dalam hati, maka tak ada seorang pun yang kuasa melakukannya, karena ini hak Allah SWT.  Tapi memang jalan Allah memberikan petunjuk, hidayah kepada seseorang, kadang melalui dakwah yang disampaikan seseorang, hal ini sesuai sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah SWT  menunjuki seseorang dengan (dakwah)mu maka itu lebih bagimu dari unta merah.” (HR.Bukhari, Muslim & Ahmad). Ibnu Hajar Al-‘Asqalani ketika menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa: “Unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab saat itu.”  Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang ulama menyampaikan hidayah kepada seseorang adalah sesuatu yang amat besar nilainya di sisi Allah SWT, lebih besar dan lebih baik dari kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:“Wahai Ali, sesungguhnya Allah SWT menunjuki seseorang dengan usaha kedua tanganmu, maka itu lebih bagimu dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih baik dari dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).

Karena itu, marilah kita selalu berusaha menyampaikan dan membagi ilmu pengetahuan yang di karuniakanNya untuk kita, dan bila sahabat2 belum merasa mampu melakukan semua kebaikan yang akan sahabat bagi,  janganlah  ragu2 untuk mengajak orang lain berbuat baik atau mengajak orang pada jalan kebaikan.  Dari anas ra: para sahabat bertanya " Ya Rasulullah, kami tidak akan menyuruh orang lain berbuat baik sebelum kami sendiri mengamalkan kebaikan dan menjauhi kemungkaran Rasulullah bersabda : tidak, bahkan serulah untuk berbuat baik meskipun kalian belum mengamalkan kesemuanya, dan cegahlah kemungkaran, meski kalian belum menghindari semuanya" (HR.Thabrani). siapa tahu, apa yang kita sampaikan, bisa menjadi jalan hidayah Allah bagi seseorang.

Mungkin ada sahabat2 yang bertanya, bagaimana seorang mukmin yang selalu meminta hidayah dalam setiap waktu shalatnya ”Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (QS. Al-Fatihah [1]: 6).   bukankah dengan shalatnya, berarti ia telah memperoleh hidayah? Apakah itu berarti seorang hamba meminta apa yang sudah ada padanya? Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu memberikan jawabannya:  Allah SWT membimbing hamba-hambanya untuk meminta hidayah, karena setiap insan membutuhkannya siang dan malam.  Seorang hamba butuh kepada Allah SWT setiap saat untuk mengokohkannya di atas hidayah, agar hidayah itu bertambah dan terus menerus dimilikinya, karena seorang hamba tidak dapat memberikan manfaat dan tidak dapat menolak kemudharatan dari dirinya, kecuali dengan pertolongan Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya…” (QS. An-Nisa’: 136).  Dalam ayat ini, Allah‘SWT memerintahkan orang-orang yang telah beriman agar TETAP BERIMAN. Ini bukanlah perintah untuk melakukan sesuatu yang belum ada, (iman sudah ada) karena yang dimaksudkan dengan perintah beriman di sini adalah perintah  agar tetap terus menerus dalam keimanan, kokoh dalam keimanan agar terhindar dari kesesatan.

Tidak semua orang berkemauan untuk mengamalkan agama ini. Kemauan untuk mengamalkan agama akan berbanding lurus dengan sejauh mana kita bisa manggapai hidayah taufiq.  
Hidayah taufiq. Hidayah taufiq adalah adalah hidayah yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala hama penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani. Bersih dan suburnya hati akan terlihat dari pohon-pohon kebaikan dan amal yang tumbuh di atasnya. Hanya kesungguhan yang akan membuat kita pantas menerima hidayah taufiq dari Allah SWT. Firman Allah SWT : ”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabuut [29]: 69). Maka tidak ada jalan lain agar kita mendapatkan Hidayah Taufiq Allah SWT, kecuali dengan jalan bersungguh-sungguh dan berjihad untuk menjalankan dan mengamalkan agama yang indah ini.

Hidayah Taufiq, yaitu suatu kekuatan yang Allah SWT berikan pada manusia untuk mengamalkan dengan sungguh2 apa yang telah diketahuinya. Hidayah taufiq merupakan hidayah yang sangat mahal, tetapi Allah berjanji kepada manusia akan memberikan hidayah-Nya kepada orang2 yang sungguh2 berjuang di jalan-Nya, berjuang untuk konsisten taat pada aturan-Nya di dalam mencapai tujuannya “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Ankabuut :69). Hidayah taufiq hanya merupakan hak prerogatif Allah. Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.  Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qashash:56).

Namun memang adakalanya, Allah SWT yang Maha Pengampun dan Pengasih lagi Maha penyayang, memberikan hidayah kepada seorang hambaNya yang banyak berbuat dosa dan maksiat, ini semua adalah hak preogatif Allah, mungkin orang tersebut banyak berbuat dosa karena ketidaktahuannya (kebodohannya) dan mungkin juga karena sebenarnya dalam hatinya, ia benar2 tulus ingin berhenti dari perbuatan dosa yang dilakukannya, dan Allah mengetahui segala isi hati hambaNya, sehingga kadang diberikanlah hidayah untuk orang tersebut agar kembali ke jalan yang benar., karena Allah tahu siapa yang mau menerima petunjuk. Lihat ayat diatas QS. Al-Qashash:56.

BERIKUT DIANTARA CARA MERAIH HIDAYAH ALLAH :
  1. Berdoa, sebagaimana firman Allah ”Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali Imran :8). Allah Maha Mengabulkan doa lihat QS. Al-Baqarah, 2:186 dan QS. Al-Mu'min, 40:60.
  2.  Riyadhah Ruhiyyah/latihan spritual, yaitu dengan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah kepada Allah, dan menjalankan ibdah sunnah misalnya qiyamul lail, shaum sunnah, shadaqah, menghadiri majelis ta'lim, shalat2 sunnah, pengendalian nafsu.  Dan dengan mentauhidkan-Nya dan menjauhi syirik .  
  3. Memperbanyak amal shaleh, setiap amal shaleh yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan. Allah SWT berfirman ”Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.  (QS. Maryam, 19:76).
  4. Bergaul dengan orang2 shaleh. Lingkungan memegang peranan penting dalam pembentukan karakter kita, lihat QS. Al-Kahfi :28). Dan doa : QS. Asy Syu'araa, :83
Hidayah Allah SWT memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin besar perjuangan dan kesungguhan kita, maka insya Allah kita akan semakin mudah mendapatkannya, karena semuanya tergantung kepada usaha kita. Hidayah Allah SWT ibarat sinar matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kita adalah penerima sinar tersebut. Jika kita membuka diri dengan hati yang bersih maka kita akan mudah untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kita menutupi hati dan diri kita dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kita akan sulit untuk mendapatkan sinar hidayah-Nya