Penyebaran Agama Islam di daerah Kebumen tempatnya Daerah mirit  oleh simbah lancing 
Mbah Lancing adalah keturunan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Ceritanya begini:
Brawijaya V punya banyak istri dan anak, ada yang bilang anaknya ada 100. Dari istri yang bernama Dewi Dilah lahirlah Ario Damar (kelak jadi adipati Palembang). Dari istri yang berasal dari negeri Champa (1) lahirlah raden Hasan alias raden Fattah (kelak jadi sultan Demak). Tapi ketika raden Fattah masih dalam kandungan, putri Champa dihadiahkan kepada Ario Damar, adipati Palembang, untuk dijadikan istrinya. Dari perkawinan Ario Damar dengan putri Champa lahirlah raden Husein (kelak jadi adipati Terung).
Brawijaya V punya banyak istri dan anak, ada yang bilang anaknya ada 100. Dari istri yang bernama Dewi Dilah lahirlah Ario Damar (kelak jadi adipati Palembang). Dari istri yang berasal dari negeri Champa (1) lahirlah raden Hasan alias raden Fattah (kelak jadi sultan Demak). Tapi ketika raden Fattah masih dalam kandungan, putri Champa dihadiahkan kepada Ario Damar, adipati Palembang, untuk dijadikan istrinya. Dari perkawinan Ario Damar dengan putri Champa lahirlah raden Husein (kelak jadi adipati Terung).
Raden Fattah alias raden Hasan  dibesarkan bersama raden Husein di Palembang dalam lingkungan beragama  Islam. Setelah dewasa keduanya pergi ke ibukota Majapahit menghadap sang  raja. Raden Fattah kemudian diberi tanah di Bintoro, yang kemudian  menjadi kesultanan Demak Bintoro, dan raden Husein dijadikan adipati  Terung (2), dikenal dengan nama Ario Timbal. Mbah Lancing adalah  keturunan Brawijaya V melalui jalur: Ario Damar, Ario Timbal, raden  Carangnolo, Tumenggung Wonoyudo (Wongsojoyo I), Kiai Ketijoyo, Mbah  Lancing.
Mbah Lancing adalah seorang ulama yang  bernama asli Kiai Sirad, ada juga yang menyebutnya Kiai Bayi.  Kiai  Sirad dinamakan Mbah Lancing karena suka memakai kain batik.  Masyarakat  setempat menyebut kain batik sebagai lancing.  Karena itu, sebagai  penghormatan kepada Mbah Lancing makamnya ditutupi sineb atau kain batik  alias lancing yang khusus dibuat dengan motif seperti yang disukai Mbah  Lancing semasa hidup. 
Kain batik ini disebut batik Mbah  Lancing yang hanya ada di sini, dibuat dari kain mori dan diberi warna  biru ditambah variasi di bagian tepinya berupa tumpal berbentuk  mancungan-mancungan berwarna coklat dan hitam. Ada juga batik yang  bermotif bunga dan daun diberi latar motif gringsing. Karena kain batik  ini dinilai sakral, maka hanya orang tertentu yang boleh membuatnya,  yaitu seorang wanita yang sudah  ”suci” alias sudah menopause, dan masih  keturunan Mbah Lancing. Dan sebelum membatik harus berwudhu dahulu.   Saat ini hanya ada satu orang yang memenuhi syarat itu, dan usianya  sudah di atas 60 tahun.
Kembali ke keturunan brawijaya V.  Generasi selanjutnya ada yang kawin dengan cucu Mangkunegoro I, ada yang  kawin dengan anaknya Arung Binang. Generasi berikutnya juga banyak yang  jadi kiai. Generasi sekarang keturunan ini sebagian masih di Kebumen,  selebihnya tersebar.
Kedatangan keturunan Brawijaya V di  daerah Kebumen itu diduga masih ada kaitan dengan penyebaran Islam di  daerah Kebumen. Pada waktu itu raden Fattah, sultan Demak, mengirim  muballigh dari Hadramaut bernama Syaikh Abdul Kahfi Awwal untuk  berdakwah di daerah itu. Pondok pesantren peninggalannya sampai saat ini  masih ada, dikenal sebagai pondok pesantren Somalangu, atau pondok  pesantren Al Kahfi. 
No comments:
Post a Comment