Tuesday, April 24, 2012

Ternyata Siwak Pembawa Keridhoan Allah SWT

Sabda Rasulullah SAW: “Siwak adalah pensuci mulut dan pembawa keridhoan Allah” (shahih Bukhari)

Dari Hudzaifah ra berkata: “Bahwa Nabi SAW jika bangun dari malam hari, membersihkan mulutnya dengan siwak” (shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakatuh
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Melimpahkan kepada kita rahasia keluhuran, dan rahasia kebahagiaan, serta menerbitkan untuk kita rahasia kerajaan terluhur dari segenap kerajaan yaitu kerajaan sanubari, yang telah difirmankan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam hadits qudsiy :
“Tidaklah bumi atau langitKu dapat menampung-Ku, tapi hati hamba-Ku yang beriman dapat menampung-Ku”

Tiada akan pernah mampu langit dan bumi untuk menampung rahasia sifat-sifat keluhuran Ilahi kecuali sanubari seorang mukmin, yang meskipun bentuknya sangat kecil namun kerajaannya sangat luas, sehingga disiapkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk menampung cahaya Allah, keridhaan Allah, kemuliaan Allah, keluhuran Allah, kasih sayang dan kecintaan Allah, serta segala kemuliaan yang tidak mampu ditampung oleh alam semesta sekalipun, sebagaimana yang talah disampaikan oleh guru kita Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh di dalam kitab beliau “Mamlakatul Quluub Wal A’dhaa” , bahwa kerajaan terbesar adalah kerajaan sanubari. Dimana ketika hati kita dipenuhi dengan keluhuran dari sang pembawa semulia-mulia keluhuran, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka hati itu akan terang benderang dan bercahaya, sehingga terbitlah keluhuran dan sirna segala sifat yang hina, maka dengan kehadiran kita di malam hari ini sungguh kita berada di dalam keluhuran dan sedang menaiki tangga-tangga keluhuran, dan selalu berusahalah untuk semakin baik dan teruslah berjuang dalam kehidupan ini, karena kehidupan adalah perjuangan dan sebagai modal untuk mencapai kesempurnaan akhirat. Kehidupan dunia adalah modal terbesar dari Allah subhanahu wata’ala untuk kita mencapai kebahagiaan yang abadi di akhirat. Dan seluruh kenikmatan yang disiapkan dan diberikan oleh Allah kepada kita, kesemuanya akan dipertanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala, apakah digunakan untuk mencapai keluhuran yang kekal atau hanya sekedar terlewatkan untuk memenuhi hawa nafsu saja. Oleh karena itu sebagaimana yang tadi telah disampaikan oleh guru-guru kita bahwa sungguh berat perjuangan hidup ini, yang dipenuhi banyak godaan syaithan, namun banyak pula kemuliaan-kemuliaan seperti kemuliaan majelis ta’alim, majelis dzikir, majelis shalawat dan lainnya, yang kesemua itu merupakan rahasia kemuliaan tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang harus kita panut. Namun kita juga harus waspada terhadap diri kita, yang mana kita sering menghadiri majelis-majelis mulia dengan harapan untuk membersihkan hati kita, maka setelah keluar dari majelis tersebut kita harus membenahi dan menguatkan diri dari godaan syaithan yang terus mengajak manusia kepada kehinaan, yang selalu mengajak manusia untuk memperhatikan pada hal-hal yang fana dan membuat kita melupakan hal-hal yang kekal dan abadi.

Hadits yang kita telah kita baca tadi terdapat banyak riwayat di dalam Shahihul Bukhari, yaitu hadits mengenai siwak. Kita ketahui siwak adalah sesuatu yang sangat kecil bentuknya yang lebih kecil atau hanya sebesar ibu jari saja, namun hal tersebut (siwak) membuka sesuatu yang paling berharga dalam sepanjang alam semesta ini tercipta hingga alam ini berakhir dan berlanjut dengan kehidupan di alam yang abadi, hal itu adalah keridhaan Allah subhanahu wata’ala. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dimana ketika penduduk surga telah memasuki surga dan menikmati seluruh kenikmatan surga, kemudian Allah berfirman dalam hadits qudsi :

“Wahai penghuni surga!, mereka menjawab, “Kami memenuhi panggilan-Mu wahai Rabb. Seluruh kebaikan hanya ada pada kedua tangan-Mu.”, kemudian Allah berfirman: “Apakah kalian puas terhadap limpahan nikmat-Ku?” mereka menjawab, “Apa yang membuat kami tidak ridho terhadap-Mu wahai Rabb, padahal Engkau telah memberikan kepada kami kenikmatan yang tidak Engkau berikan kepada seorangpun dari makhluk-Mu.” Allah berfirman: “Maukah kalian Aku berikan kenikmatan yang lebih afdhal daripada kenikmatan itu”?, mereka menjawab, “Wahai Rabb, kenikmatan manakah yang lebih afdhal daripada kenikmatan itu?” Allah berfirman: “Aku akan limpahkan keridhoan-Ku kepada kalian, sehingga Aku tidak akan murka kepada kalian selama-lamanya”.

Maka keridhaan Allah adalah hal yang paling berharga bahkan dari surga sekalipun dan kenikmatan-kenikmatan dia dalamnya. Dan ternyata rahasia keluhuran ridha Allah itu pun tersimpan dalam sebatang siwak, sebagaimana yang telah disabdakan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
“Siwak itu membersihkan mulut, diridhai oleh Ar-Rabb (Allah). ( shahih bukhari )”

Maka siwak tidak hanya membersihkan mulut, karena jika hanya untuk membersihkan mulut bisa menggunakan sikat gigi seperti zaman sekarang ini, yang bahkan mungkin lebih membersihkan daripada siwak. Namun yang dimaksud dalam hadits tersebut siwak tidak hanya membersihkan mulut saja namun juga membersihkan dosa yang ada di mulut, sebagaimana mulut juga melakukan perbuatan dosa seprti mencaci, mengumpat dan lainnya maka dosa-dosa itu akan terbersihkan dengan siwak, sebagaimana kelanjutan dari hadits tersebut bahwa siwak juga membawa kepada kerihdaan Allah subhanahu wata’ala. Maka siwak merupakan hal yang sangat agung dari sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang meskipun tampaknya sangat remeh dan sepele. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh sayyidina Abi Hudzaifah ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bangun di malam hari maka beliau menggunakan siwak Dan kalimat يَشُوْصُ (menggosok ) dalam hadits tersebut sebagaimana yang dijelaskan di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari maksudnya yaitu menggunakan siwak dengan memutarkan pada gigi bagian atas dan bawah, di bagian kiri atau pun kanan untuk membersihkannya. Namun secara ringkas adalah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memulai hampir semua perbuatan dengan bersiwak, hingga disebutkan bahwa siwak adalah akhir sunnah beliau saat beliau dalam keadaan sakaratul maut, dimana beliau tidak menghembuskan nafas yang terakhir yang di saat itu beliau berada di pangkuan sayyidah Aisyah Ra lantas beliau melirik pada siwak yang dipegang oleh saudara lelaki sayyidah Aisyah Ra, maka melihat hal tersebut sayyidah Aisyah Ra berkata : “Apakah engkau menginginkan siwak wahai Rasulullah”, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengangguk, kemudian sayyidah Aisyah meminta siwak yang dipegang oleh saudara lelakinya lalu membersihkannya dan kemudian disiwakkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan setelah bersiwak, beliau shallallahu ‘alaihi wasalla menunjuk ke langit dan berkata : (Menuju Teman (Kekasih) Yang Maha Tinggi), kemudian beliau menghembuskan nafas terakhir. Maka dijelaskan bahwa siwak adalah sunnah Rasulullah yang terakhir dilakukan oleh beliau sebelum wafat. Maka selayaknya bagi kita untuk selalu menggunakan siwak dan tidak meninggalkannya dalam kehidupan kita. Juga dijelaskan bahwa siwak adalah sebagai(senjata seorang mukmin) maka jadikanlah siwak itu selalu bersama kita, karena syaithan tidak suka dengan adanya siwak sehingga sering siwak itu menghilang. Maka diajarkan oleh guru mulia kita untuk memperbanyak siwak, dengan meletakkannya di baju, di kamar, di ruang tamu, di tas dan lainnya sehingga tidak tertipu oleh syaitan

Thursday, April 12, 2012

Guru Mulia Beliou adalah Habib Umar Bin Hafidz

Habib Umar Bin Hafidz Beliau ialah Habib Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abdullah putera dari Abi Bakr putera dari Aidarus putera dari Hussein putera dari Syeikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari Abdullah putera dari Abdul Rahman putera dari Abdullah putera dari Syeikh Abdul Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Dawilah putera dari Ali putera dari Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari Ali putera dari Muhammad Shahib Mirbat putera dari Ali Khali Qasam putera dari Alawi putera dari Muhammad putera dari Alawi putera dari Ubaidillah putera dari Imam al-Muhajir Ahmad putera dari Isa putera dari Muhammad putera dari Ali al-Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari Ali Zainal Abidin putera dari Hussein sang cucu lelaki, putera dari pasangan Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah az-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.. Beliau dilahirkan di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya ialah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran Islam dan pengajaran hukum suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua datuk beliau, Habib Salim bin Hafiz dan Habib Hafiz bin Abdullah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi Habib Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnyaserta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan. Beliau telah mampu menghafal al-Quran pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadis, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin Alawi bin Shihab dan Syeikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir. Namun secara tragis, ketika Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk solat Jumaat, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahawa tanggungjawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang dakwah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, dia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk majlis-majlis dan dakwah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal al-Quran dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional. Dia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda. Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang mulia Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Syafie, Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya dia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Dia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang dakwah. Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam,mengenakan serban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.. Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan dakwah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung. Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Habib Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan RasulNya s.a.w. dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni Habib Ahmad Mashur al-Haddad dan Habib Attas al-Habshi. Sejak itulah nama Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikeranakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopularan dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankAN Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru. Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan. Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka. Habib Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya

Ajaran Islam Perbedaan Sabar sama Mengeluh

Ajaran Islam Perbedaan Sabar sama Mengeluh itu sangatlah tipis sekali berikut kisah pada zaman Para sahabat
Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya.
"Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."
Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."


Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu ?"
Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?"
Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."


Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."
Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadith Qudsi,:
" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil keksaihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."


Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda,:
" Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."
Dan sabdanya pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah

Kisah Seorang cinta kepada Alloh swt

Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Bila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."
Berkata Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."


Berkata pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."
Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.


Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu." Selesai saja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."


Barangsiapa yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1. Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia. 2. Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia inginmendapat sanjungan dari manusia. 3. Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani merendahkan dirinya.
Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima lupa kepada yang lima :


1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.


2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.


3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al-Khaliq.


4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.


5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada kubur

Tuesday, April 10, 2012

Kisah Wali Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Kisah Wali Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili beliou adalah seorang kekasih Alloh swt ,Syadziliyah adalah nama suatu desa di benua Afrika yang merupakan nisbat nama Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau pernah bermukim di Iskandar sekitar tahun 656 H. Beliau wafat dalam perjalanan haji dan dimakamkan di padang Idzaab Mesir. Sebuah padang pasir yang tadinya airnya asin menjadi tawar sebab keramat Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a.
Beliau belajar ilmu thariqah dan hakikat setelah matang dalam ilmu fiqihnya. Bahkan beliau tak pernah terkalahkan setiap berdebat dengan ulama-ulama ahli fiqih pada masa itu. Dalam mempelajari ilmu hakikat, beliau berguru kepada wali quthub yang agung dan masyhur yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, dan akhirnya beliau yang meneruskan quthbiyahnya dan menjadi Imam Al-Auliya’.
Peninggalan ampuh sampai sekarang yang sering diamalkan oleh umat Islam adalah Hizb Nashr dan Hizb Bahr, di samping Thariqah Syadziliyah yang banyak sekali pengikutnya. Hizb Bahr merupakan Hizb yang diterima langsung dari Rasulullah saw. yang dibacakan langsung satu persatu hurufnya oleh beliau saw.
Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. pernah ber-riadhah selama 80 hari tidak makan, dengan disertai dzikir dan membaca shalawat yang tidak pernah berhenti. Pada saat itu beliau merasa tujuannya untuk wushul (sampai) kepada Allah swt. telah tercapai. Kemudian datanglah seorang perempuan yang keluar dari gua dengan wajah yang sangat menawan dan bercahaya. Dia menghampiri beliau dan berkata, ”Sunguh sangat sial, lapar selama 80 hari saja sudah merasa berhasil, sedangkan aku sudah enam bulan lamanya belum pernah merasakan makanan sedikitpun”.
Suatu ketika saat berkelana, beliau berkata dalam hati, “Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?”. Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja”. Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?”. Kemudian terdengarlah suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”.
Beliau pernah khalwat (menyendiri) dalam sebuah gua agar bisa wushul (sampai) kepada Allah swt. Lalu beliau berkata dalam hatinya, bahwa besok hatinya akan terbuka. Kemudian seorang waliyullah mendatangi beliau dan berkata, “Bagaimana mungkin orang yang berkata besok hatinya akan terbuka bisa menjadi wali. Aduh hai badan, kenapa kamu beribadah bukan karena Allah (hanya ingin menuruti nafsu menjadi wali)”. Setelah itu beliau sadar dan faham dari mana datangnya orang tadi. Segera saja beliau bertaubat dan minta ampun kepada Allah swt. Tidak lama kemudian hati Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. sudah di buka oleh Allah swt. Demikian di antara bidayah (permulaaan) Syekh Abul Hasan As-Syadzili.
Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Ustman bin ‘Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung.
Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”.
Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swty. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”.
Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”.
Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadili:
1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya.
2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.
Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak. Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.
Di antara keramatnya para Shidiqin ialah :
1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontineu).
2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi).
3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.
Kamu jangan menunda ta’at di satu waktu, pada waktu yang lain, agar kamu tidak tersiksa dengan habisnya waktu untuk berta’at (tidak bisa menjalankan) sebagai balasan yang kamu sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada jatah ta’at pengabdian tersendiri. Kamu jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. membenarkanmu. Radiya allahu ‘anhu wa ‘aada ‘alaina min barakatihi wa anwarihi wa asrorihi wa ‘uluumihi wa ahlakihi, Allahumma Amiin. (Al-Mihrab).

Terijabahnya Doa ,Wali wafat di hadapan para Wali

Terijabahnya Doa ,Wali wafat di hadapan para Wali dinukil dari kisah seorang wali Allah bernama Abu Jahir.Dia adalah seorang Wali Alloh swt . tinggal di sebuah tempat yang jauh dari kampung asal bersama istri dan keluarganya yang lain.Di tempat baru ini, dia telah mendirikan sebuah masjid dan beribadah di situ dengan tekun dan tenang. Beliau senantiasa dikunjungi oleh orang yang ingin belajar dan mendalami jalan menuju Allah SWT. Pada suatu hari seorang wali Allah yang lain bernama Soleh Al-Mari berazam untuk menziarahi Abu Jahir untuk mendapatkan barakah dari beliau. Maka pada hari yang telah ditetapkan, berangkatlah Soleh ke negeri tempat tinggalnya Abu Jahir. Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan Muhammad bin Wasi’, kenalannya yang juga seorang Wali Allah. “Assalaamuálaikum.” kata Soleh.“Waálaikumussalaam warahmatullah” jawab Muhammad bin Wasi’Kedua wali Allah ini pun berpelukan sambil bertanya kabar masing-masing dan berbual mengenai masalah kesufian.“Engkau hendak pergi ke mana?” tanya Muhammad.“Aku hendak menziarahi rumah Abu Jahir” “Ke rumah Abu Jahir?”“Ya, betul”“Masya Allah, aku juga hendak pergi bersama.” Kedua-duanya pun berangkat menuju ke tempat tinggal Abu Jahir dan setelah berjalan beberapa batu, mereka bertemu dengan seorang lagi Wali Allah bernama Hubaibul Ajami. Mereka bersalaman dan bertanya kabar.“Hendak ke mana anda berdua ini?” tanya Hubaibul Ajami.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Aku juga dalam perjalanan ke sana.”“Kalau begitu eloklah kita pergi bersama”Mereka meneruskan perjalanan dalam keadaan yang sungguh menggembirakan karena bilangan mereka semakin ramai. Setelah sampai di suatu tempat, tiba-tiba mereka berjumpa dengan Malik bin Dinar, seorang wali Allah yang masyhur. Mereka bersalaman.“Hendak pergi ke manakah kamu ini?” tanya Malik bin Dinar.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Subhanallah, aku juga sedang menuju ke sana.”“Kalau begitu, kita pergi bersama.”Sekarang mereka menjadi berempat dengan tujuan yang sama. Dengan kuasa Allah SWT, di tengah perjalanan, mereka berjumpa seorang lagi rekan Wali Allah yang bernama Thabit Al-Bannani. Mereka pun bersalaman dan saling bertanya kabar.“Kamu hendak ke mana?” tanya Thabit.“Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir”“Masya Allah, saya juga akan ke sana.”“Kalau begitu, kita pergi bersama.”“Segala puji-pujian bagi Allah SWT yang telah mengumpulkan kita dan pergi bersama-sama walaupun tanpa perjanjian” kata Thabit Al-BannaniBerjalanlah ke lima Wali Allah berkenaan menuju rumah Abu Jahir. Sepanjang perjalanan, mereka tidak putus-putus memuji dan bersyukur kepada Allah SWT justru mengaruniakan peluang berjalan bersama menuju ke rumah Wali-Nya. Tidak satu pun ucapan yang keluar dari mulut mereka melainkan perkataan yang mendatangkan manfaat.Setelah berjalan beberapa lama, mereka singgah di suatu tempat untuk berehat dan salat.“Marilah kita salat dua rakaat di sini, agar tempat ini ikut menjadi saksi esok di hari Kiamat di hadapan Allah Azza Wajalla” kata Thabit Al-Bannani“Satu cadangan yang baik” sahut yang lain.Lalu mereka mengerjakan salat bersama-sama dengan penuh khusyuk dan tawaduk. Setelah menunaikan salat, mereka berdoa untuk kepentingan umat Islam sekaliannya untuk di dunia dan di akhirat. Kemudian mereka meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di rumah Abu Jahir.Terasa kedamaian pada mereka apabila terpandang rumah dan masjid yang didirikan oleh Abu Jahir. Namun mereka tidak terburu-buru mengetuk pintu atau minta izin untuk masuk demi menjaga peradaban Wali Allah. Mereka pun duduk di masjid menunggu Abu Jahir keluar untuk salat. Tidak berapa lama kemudian, waktu Zuhur pun masuk. Maka keluarlah Abu Jahir tanpa berucap apa-apa sebaliknya terus masuk ke masjid, berazan, iqamat dan salat. Kelima tetamunya yang mulia itu salat berjemaah berimamkan Abu Jahir.Selepas salat, barulah mereka menemui Abu Jahir satu persatu. Mula-mula sekali Muhammad bin Wasi’. “Assalaamuálaikum” kata Muhammad“Waálaikumussalaam” jawab Abu Jahir disambung dengan pertanyaan “Anda ini siapa?”“Saya saudaramu Muhammad bin Wasi’ ““O...Kalau begitu andalah orang Basrah yang terkenal paling bagus salatnya itu kan?”Muhammad diam tanpa berkata apa-apa.Kemudian, Thabit Al-Bannani maju ke hadapan.“Siapakah anda ini?” tanya Abu Jahir“Saya saudaramu Thabit Al-Bannani”“O...Kalau begitu kamu yang dikatakan sebagai orang Basrah yang paling banyak salatnya itu kan?” Tanya Abu Zahir.Thabit juga diam tanpa berkata apa-apa.Tiba pula giliran Malik bin Dinar.“Siapakah anda ini?” tanya Abu Jahir“Saya saudaramu Malik bin Dinar” jawabnya.“Masya Allah, jadi kamulah yang termasyhur sebagai orang yang paling zuhud di kalangan penduduk Basrah, bukan?”Malik juga tidak berkata apa-apa. Kemudian Hubaib Al-Ajami menemui Abu Jahir.“Anda ini siapa?” tanya Abu Jahir“Saya adalah saudaramu Hubaib Al-Ajami”“Masya Allah, kalau begitu andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai orang yang mustajab doanya” kata Abu JahirSeperti yang lain, Hubaib mendiamkan diri. Akhirnya tiba giliran Soleh Al-Mari maju ke hadapan untuk memperkenalkan dirinya.“Anda pula siapa?” tanya Abu Jahir.“Saya saudaramu Soleh Al-Mari” jawabnya. “Subhanallah, kalau begitu andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai qari yang fasih dan bagus suaranya.”Soleh juga tidak mengeluarkan sepatah pun.Abu Jahir bertafakur sebentar seperti mengenangkan sesuatu.“Aku sebenarnya sangat rindu dan ingin mendengar suaramu wahai saudaraku” kata Abu Jahir. “Oleh itu, aku suka engkau bacakan empat atau lima ayat Al Quran karena aku ingin sangat mendengarnya.”Soleh menemui permintaannya lalu dia membuka Al Quran dan membaca Surah Al Furqan : Ayat 22 yang bermaksud :“Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata “Hijraan mahjuuraa” Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu debu yang beterbangan”Sebaik saya mendengar bacaan ‘debu yang beterbangan’, Abu Jahir berteriak kuat sehingga pingsan disebabkan rasa ketakutan yang teramat sangat kepada Allah SWT. Apabila beliau sadar dari pingsannya, dia berkata “Silakan ulangi pembacaan ayat tadi”Soleh mengulangi bacaannya dan apabila sampai kepada “Debu yang beterbangan”, sekali lagi Abu Jahir berteriak sehingga rebah di tempat sujud dan wafat ketika itu juga.Soleh dan teman-teman Wali Allah nya sangat terharu menyaksikan kewafatan Abu Jahir yang mengkagumkan itu. Beliau wafat dalam keadaan amat ketakutan mendengar Kalam Ilahi. Tidak lama kemudian, istri Abu Jahir muncul.“Siapakah kalian ini?” tanya isteri Abu Jahir.“Kami datang dari Basrah. Yang ini Malik bin Dinar, Hubaib Al-Ajami, Muhammad bin Wasi’, Thabit Al-Bannani dan saya adalah Soleh Al-Mari” jawab Soleh mewakili para aulia sahabatnya itu.Tiba-tiba perempuan itu berkata “Innaa lillaahiwainnaa ilaihi raajiúun...kalau begitu Abu Jahir telah wafat”Soleh dan rakan-rakan wali Allah nya merasa heran terhadap perempuan itu, karena dia telah memastikan kematian suaminya, padahal dia belum menyaksikannya dan mereka juga belum memberitahunya apa yang telah terjadi.“Dari mana puan tahu bahwa Abu Jahir telah wafat?” tanya mereka keheranan.“Saya telah banyak kali mendengar doanya di mana beliau sering mengucapkan “Ya Allah, kumpulkanlah para Aulia-Mu pada saat ajalku” dan perempuan itu menyambung “Jadi, tidaklah kamu berkumpul di sini sekarang ini melainkan Abu Jahir telah wafat”Rupa-rupanya doa Abu Jahir telah dimakbulkan Allah SWT.Maka para Aulia itu pun menguruskan mayatnya dari memandikan, mengafankan, menyembahyangkan sehinggalah menguburkan.Maha Suci Allah, yang telah mewafatkan hamba-Nya yang mulia dan diuruskan oleh tangan-tangan yang mulia pula. Semoga kita dikumpulkan oleh Allah SWT dalam golongan orang yang baik-baik dan mati syahid. Amin Ya Rabbal Aa’lamiin. Wallahu-a’lam bissawwab.

Thursday, April 5, 2012

Mursid Ulama Akhir Zaman dari Libanon

Quthbul Ghawts Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Ar Rabbani, adalah pelayan setia dari Tuannya terkasih Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Haqqani, mursyid ke 40 dalam mata rantai emas Thariqat Naqshbandi. Mewarisi darah Hassan Hussein ra, cucu dari Nabi Muhammad SAW.
Beliau adalah seorang Ulama & Syaikh Sufi yang berasal dari Lebanon, yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk menyebarkan kebahagiaan Cinta Ilahi yang dapat mewujudkan: perdamaian, toleransi, cinta, kasih sayang dan persaudaraan di antara sesama manusia. Ratusan buku telah ditulis dan diterbitkan oleh beliau yang sangat menentang ekstrimisme.
Sesuai dengan predikatnya sebagai seorang pelayan, Quthbul Ghawts Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Ar Rabbani adalah pelayan sejati dengan hati yang menyinari hati siapapun. Sorot matanya yang teduh, senyumnya yang ramah membelai dan candanya yang penuh kasih sayang adalah karunia terbesar yang pernah kami rasakan. Beliau adalah guru, pembimbing dan juga sekaligus seorang ayah bagi para muridnya. Tanpa lelah, beliau melakukan perjalanan dari Timur Tengah, Eropa hingga Timur Jauh bersama Tuannya terkasih; Sulthanul Awliya Mawlana Syaikh Muhammad Nazim Adil Al Haqqani .
Dengan latar belakang Master dalam bidang Syariah (Al-Azhar University), Master Medical Doctor (Louvain University of Belgia) dan Sarjana Kimia (American University of Beirut). Beliau telah mengajar di berbagai universitas terkenal di Amerika juga Canada, antara lain; Oxford, the University of California at Berkeley, the University of Chicago, Columbia University, Harvard University, McGill University, Concordia & Dawson College .
Pelayan Cinta yang adalah juga Presiden dari Islamic Supreme Council of America (ISCA), yang berlokasi di Washingt
on dan ketua As Sunnah Foundation of America (ASFA) ini, menggalakkan Kebersamaan dan Persatuan dalam Keyakinan pada Cinta Tuhan. Yang sebenarnya ajaran ini berlaku pada seluruh Agama dan Jalan Spiritual apapun, tidak terkecuali. Semangat beliau adalah untuk membawa semua keyakinan ke dalam sebuah harmoni dan kedamaian. Karena Cinta tidak pernah cemburu dan Cinta tidak Berbatas.
“Cinta adalah rasa yang begitu indah namun sekaligus mematikan! Ketika jiwa telah ditemukan oleh Cinta Sang Pemilik, maka semua adalah Satu!

Membahas Sultan Agung Mataram

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (Bahasa Jawa: Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo, lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Kerta (Plered, Bantul), Kesultanan Mataram, 1645) adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu dan gigihnya sultan Agung dalam memerangi kompeni belanda yang banyak melakukan kesewenang - wenangan terhadap penduduk pribumi yang intinya sangat merugikan rakyat. Sultan Agung adalah seorang Sultan yang bijaksana dalam kepemimpinanya. Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati. Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang.

Versi lain mengatakan, Sultan Agung adalah putra Pangeran Purbaya (kakak Prabu Hanyakrawati). Konon waktu itu, Pangeran Purbaya menukar bayi yang dilahirkan istrinya dengan bayi yang dilahirkan Dyah Banawati. Versi ini adalah pendapat minoritas sebagian masyarakat Jawa yang kebenarannya perlu untuk dibuktikan.

Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri utama. Yang menjadi Ratu Kulon adalah putri sultan Cirebon, melahirkan Raden Mas Syahwawrat atau "Pangeran Alit". Sedangkan yang menjadi Ratu Wetan adalah putri Adipati Batang (cucu Ki Juru Martani) yang melahirkan Raden Mas Sayidin (kelak menjadi Amangkurat I).
Gelar yang Dipakai

Pada awal pemerintahannya, Raden Mas Rangsang bergelar "Panembahan Hanyakrakusuma" atau "Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Kemudian setelah menaklukkan Madura tahun 1624, ia mengganti gelarnya menjadi "Susuhunan Agung Hanyakrakusuma", atau disingkat "Sunan Agung Hanyakrakusuma".

Setelah 1640-an beliau menggunakan gelar "Sultan Agung Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman". Pada tahun 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab. Gelar tersebut adalah "Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram", yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di Makkah,

"Sultan Agung" beliau adalah seorang pejuang sekaligus juga budayawan dan jasa-jasanya akan tetap terkenang sepanjang masa.........

Tuesday, April 3, 2012

Kemuliaan Membaca Surat Al Ikhlas (Majelis Rasulullah)

Berikut adalah kutipan ceramah dari Habib Mundzir Al Musawa pada Senin, 18 Oktober 2010 di mesjid pancoran Jakarta. Acara pada malam tersebut cukup berbeda dari hari biasa karena didatangi beberapa habib besar seperti habib athos bin Salim bin syeh abu bakar dari yaman (kakaknya habib umar bn hafidz), habib hud al althos, syeh jibril hadad dari jordan dan habib2 lainya. Semoga Allah terus memberkahi majelis ini.. Amin..

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَجُلاً سَمِعَ رَجُلاً يَقْرَأُ: "قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ" وَيُرَدِّدُهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ ذَلِكَ ، وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ اْلقُرْآنِ

( صحيح البخاري )

Dari Abi Sa'id Al Khudriy ra : "Sungguh Seseorang mendengar sahabatnya membaca Qul Huwallahu Ahad (Surat Al Ikhlas), dan mengulang-ulangnya di malam hari, maka ketika pagi harinya ia datang kepada Nabi saw dan menceritakan itu, maka Rasulu saw bersabda : "Demi Diriku yang berada dalam Genggaman Allah swt (sumpah) sungguh Surat Al Ikhlas menyamai sepertiga Alqur'an." (Shahih Bukhari)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الْعَظِيْمَةِ

Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Suci melimpahkan keluhuran sepanjang waktu dan zaman, melimpahkan kebahagiaan dan membagikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan yang tidak taat, anugerah kenikmatan bagi hamba-Nya yang tidak taat merupakan bukti cinta dan kasih sayang Allah yang diperkenalkan bagi hamba yang taat, betapa baiknya Sang Maha Pemberi yang tetap memberi pada hamba-Nya yang tidak taat, sebagai isyarat ilahiyyah pada setiap siang dan malam kita yang melihat kenikmatan berlimpah juga Allah berikan pada hamba yang tidak taat, maka janganlah cemburu pada pemberian-Nya karena pemberian itu fana namun ingatlah pada cinta dan kelembutan-Nya walaupun kepada yang tidak taat pada-Nya.

Namun Sang Maha Raja alam semesta menawarkan pengampunan, kasih sayang dan anugerah yang abadi, cahaya terindah sepanjang waktu dan zaman, yang menerangi dan memperindah kehidupan di dunia dan di akhirah kelak, terbitnya cahaya keindahan Ilahi untuk menuntun hamba kepada keindahan yang hakiki, menuntun hamba pada keindahan dunia dan akhirah, terang benderang sanubarinya dengan cahaya keindahan Allah, bergetar hatinya dengan cahaya kewibawaan Allah dan hari-harinya penuh dengan keindahan dunia dan akhirah. Ketahuilah cahaya ciptaan Allah itulah yang menjadi cahaya keindahan dunia dan akhirah. Dan menjadi cahaya keindahan dunia dan akhirah bagi yang mengikutinya pula, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Allah subhanahu wata'ala berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

(آل عمران :26 )


"Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." ( QS. Ali Imran: 26 )

Allah Maha mampu menjadikan orang yang berbicara menjadi tidak bisa berbicara, dan orang yang bisa berjalan Allah mampu menjadikannya tidak bisa beridiri apalagi berjalan, dan Allah Maha mampu mencabut penglihatan orang yang bisa melihat hingga ia tidak bisa lagi melihat. Allah juga Maha Mampu mencabut keimanan seorang hamba sehingga tidak pernah melihat keluhuran sebagai sesuatu yang luhur, dan Allah mampu pula mencabut musibah dari hamba yang dikehendakinya, Allah Maha Mampu mencabut segenap dosa dari hamba-hamba-Nya, Allah Maha Mampu mencabut kemurkaan pada hamba-Nya dan menggantikan dengan cinta-Nya, dan kesemua itu kembali pada satu nama
" Ya Allah ".

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Yang hadir di majelis dan yang mendengarkan atau menyaksikan di streaming website Majelis Rasulullah di barat dan timur, di malam hari yang luhur ini kita diseru pula dalam keluhuran dan memang sesungguhnya setiap kehidupan kita adalah seruan keluhuran Allah, siang dan malam adalah panggilan Allah untuk kita mendekat kepada-Nya, setiap nafas kita adalah panggilan Allah agar kita mendekat, dan semua apapun dari perbedaan bentuk, sifat, dan warna yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan hakikatnya adalah panggilan kelembutan Allah kepada kita untuk mendekat kepada pencipta ini semua, Yang mencipta kita dari tiada kemudian mewafatkan kita dan membangkitkan kita untuk berjumpa dengan-Nya, sebagaimana firman-Nya:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

(آل عمران: 133)

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" ( QS. Ali Imran:133 )

Siapa yang menyampaikan hal ini? Yang menyampaikannya adalah yang kita selalu berbuat salah dan dosa kepada-Nya, Dialah Yang berfirman :
" bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa".
Dijanjikan bagi hamba-Nya yang bertakwa, semoga tidak satu pun dari kita yang disini kecuali dikumpulkan oleh Allah dalam golongan hamba yang bertakwa, wafat dalam puncak ketakwaan dan berkumpul di dunia dan akhirah bersama Ahlu takwa, amin allahumma amin.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

(آل عمران :185)

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (QS. Ali Imran: 185)

Kalimat ini cukup untuk mengingatkan kita dan menyadarkan kita dari segala kebutaan, kebingungan, kerisauan dalam segala permasalahan di dunia. Dan juga ayat ini sudah cukup untuk membuat kita jauh dari kufur nikmat, maka ayat ini menjadi obat bagi orang yang dilimpahi kenikmatan atau orang yang sedang dalam kesusahan. Semua yang hidup pasti akan merasakan kematian, aku dan kalian pasti merasakannya karena itu adalah janji Allah subhanahu wata'ala. Kelak Allah akan memberikan balasan atas amal baik dan buruk, barangsiapa yang disingkirkan dan dijauhkan oleh Allah dari api neraka dan dimasukkan ke surga sungguh dia adalah orang yang beruntung, dan tiadalah kehidupan dunia kecuali hanyalah permainan saja. Yang mulia di dunia belum tentu mulia di akhirah, yang hina di dunia belum tentu hina di akhirah. Kehidupan dunia hanyalah sementara sedangkan kehidupan akhirat abadi.
Hadirin hadirat, jika engkau dalam kesedihan, ingatlah bahwa kesedihanmu itu tidaklah abadi. Dan jika engkau dalam kenikmatan sadarlah bahwa kenikmatanmu itu tidaklah kekal. Yang Maha Kekal menanti tuntunan dan amal-amal yang kekal, yang dibawa oleh sang pembawa tunutunan dari Sang Maha Kekal, yang diutus oleh Yang Maha kekal untuk membawa kenikmatan yang kekal, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana sabda beliau diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :

وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ يُعْطِيْ

" Sungguh aku yang membagi-bagikan dan Allah Yang Maha Memberi "

Ingatlah bahwa pembagian kenikmatan telah Allah pasrahkan kuncinya kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bagi yang mendambakan kenikmatan dunia dan akhirah, Allah telah menyampaikan kepada sang nabi seraya berkata :أَنَا قَاسِمٌ وَاللهُ يُعْطِيْ وَإِنَّمَا ( Aku yang membagikan dan Allah Yang Maha memberi). Dengan mengikuti tuntunan beliau shallallahu 'alaihi wasallam, dengan mencintainya dan berbakti kepadanya, maka itulah kunci kebahagiaan dan kenikmatan dunia dan akhirah, demikian janji sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw berkata bahwa segala sesuatu yang dibanggakan di dunia ini kesemunaya berasal dari hal yang hina. Pakaian termahal adalah sutera, padahal sutera hanyalah berasal dari liur ulat yang menjijikkan, minuman yang paling menyehatkan adalah susu, padahal itu hanyalah keluar dari hewan ternak, serta minuman yang paling manis adalah madu padahal ia hanyalah buatan serangga, dan perhiasan yang palin mahal adalah berlian padahal ia terbuat dari batu bara dari gunung berapi beribu-ribu tahun. Sungguh sesuatu yang berharga di muka bumi ini berasal dari kehinaan. Namun segala sesuatu yang tidak berharga di dunia bisa menjadi berharga jika mengikuti tuntunan dari yang paling berharga yaitu Sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana debu adalah sesuatu yang tidak berharga namun debu itu bisa menjadi saksi ketika kita melangkah menuju jalan Allah subhanahu wata'ala, sehingga membuat kaki yang melintasinya tidak akan terbakar oleh api neraka. Hadirin hadirat, debu itu diinjak dan ditendang namun ia bisa membuat kaki kita aman dari api neraka karena mengikuti tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Begitu juga makanan dan minuman, yang setelah dimakan dan diminum ia akan terbuang, namun makanan dan minuman itu akan menjadi kekal dan abadi jika mengikuti tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Sampailah kita pada hadits luhur ini, bahwa Allah subhanahu wata'ala menyampaikan surat mulia kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan hal ini selalu paling asyik diperbuat oleh orang-orang yang sangat cinta kepada Allah sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari bahwa seorang sahabat Rasulullah setiap malamnya membaca surah Al Ikhlas dan mengulang-ulangnya:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ، اللَّهُ الصَّمَدُ ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

( الإخلاص:1-4 )

" Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." ( QS. Al Ikhlas: 1-4)

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

( الإخلاص: 1)

" Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Tunggal" (QS. Al Ikhlas:1)

Allah Maha Tunggal, Maha Tunggal menciptakanku, Maha Tunggal meminjamiku setiap nafas, Maha Tunggal mewafatkanku, Maha Tunggal mengetahui jumlah nafasku, Maha Tunggal mengetahui setiap keadaan makhluknya, Maha Tunggal menciptakan matahari, bulan, daratan dan lautan, Maha Tunggal dari semua makhluknya, Maha Tunggal menguasai segala kewibawaan, Maha Tunggal menguasai segala keluhuran, Maha Tunggal menguasai cahaya kebenaran, dan Maha Tunggal melimpahkan cahaya kebahagiaan. Firman Allah subhanahu wata'ala:

اللَّهُ الصَّمَدُ

( الإخلاص: 2)

Berbeda dalam pendapat para ahli tafsir, dijelaskan di dalam tafsir Al Imam At Thabari, tafsir Al Imam Ibn Abbas dan tafir lainnya bahwa makna kalimat الصَّمَدُ diantaranya adalah : Yang paling sempurna kelembutan-Nya melebihi segala kelembutan, Yang paling sempurna kasih sayang-Nya melebihi segala kasih sayang, Yang paling sempurna anugerah-Nya melebihi segala anugerah. Dan dalam riwayat lainnya makna kalimat الصَّمَدُ adalah Yang berpijar dengan cahaya, dan dalam riwayat lainnya maknanya adalah Yang tidak membutuhkan makan dan minum. Dan firman Allah subhanahu wata'ala :

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

( الإخلاص:3-4 )

"Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia" ( QS. Al Ikhlas:3-4)

Oleh sebab itu ketika sayyidina Bilal ketika disiksa ia mengelurkan rinduannya kepada sang Maha Tunggal dengan kalimat أَحَدٌ, أَحَدٌ . Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah (kuat) bahwa sayyidina Bilal tidak merasakan sakit saat ia disiksa, bahkan ia dalam kesejukan tanpa merasakan kepedihan atas siksaan yang diperbuat oleh kuffar quraisy karena ia dalam kelezatan menyebut nama Allah subhnahu wata'ala.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Diriwayatkan pula dalam Shahih Al Bukhari bahwa Al Imam Masjid Quba' setelah membaca Al Fatihah selalu membaca surat Al Ikhlas kemudian dilanjutkan dengan surat yang lainnya, maka ia diprotes oleh makmumnya karena hal ini, maka sang imam berkata:
"jika engkau masih menginginkan aku untuk menjadi imam, maka aku akan terus melakukan hal ini, jika tidak carilah imam yang lain", maka si makmum mengadukannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata:
"wahai Rasulullah, tidak pernah engkau mengajarkan kepada kami untuk selalu membaca surat Al Ikhlas setelah Al Fatihah, namun imam itu melakukannya".
Zaman sekarang hal seperti ini disebut sebagai bid'ah, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada sang imam:
"Mengapa engkau melakukan hal itu wahai imam masjid Quba, padahal aku tidak pernah mengajarkannya?", maka sang imam menjawab dengan singkat : إِنِّيْ أُحِبُّهَا (sungguh aku mencintai surat Al Ikhlas), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab :
"cintamu pada surat Al Ikhlas membutamu masuk kedalam surga Allah". Karena mencintai kalimatt هُوَ اللهُ أَحَدٌ, Dialah (Allah) Yang Maha Tunggal, maka jadikanlah Dia tunggal di dalam jiwa kita di saat kita berdzikir kepada Allah, di saat kita shalat, di saat kita berdoa dan bermunajat, hilangkan semua nama dari hati kita kecuali nama اللهُ أَحَدٌ هُوَ. Jadikan nama itu menguasai jiwa dan sanubarimu melebihi segalanya, maka akan engkau lihat Allah menundukkan seluruh makhluknya kepadamu karena jiwamu telah tunduk kepada rahasia keluhuran هُوَ اللهُ أَحَدٌ .

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Janganlah sampai kita terjebak dengan kejadian-kejadian yang yang tidak kita sukai, karena Allah subhanahu wata'ala telah memberi peringatan dengan firman-Nya:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

(البقرة :216 )

"Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al Baqarah: 216)

Barangkali kita melihat suatu hal adalah baik untuk kita, padahal itu adalah bara api, seperti anak kecil yang ingin mendekati bara api itu yang dikiranya mainan belaka. Begitu pula anak kecil menjerit ketika melihat ibunya begitu jahat menusuk dan menyakitinya, padahal itu adalah obat yang disuntikkan kepadanya sebagai bentuk kasih sayang sang ibu. Oleh sebab itu di saat kita dalam kesusahan maka berhati-hatilah karena mungkin dibalik semua itu ada hikmah Ilahi yang lebih luhur jika kita syukuri kenikmatan yang ada walaupun sebagian kenikmatan hilang. Sebagaimana Allah sangat tidak tega kepada hamba-Nya terutama mereka yang mencintai sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Orang yang mencintai dan rindu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka ia dalam keamanan dan keselamatan.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Diriwayatkan oleh hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Qadhi 'Iyadh di dalam kitabnya "As Syifa" bahwa ketika sayyidina Anas bin Malik RA menziarahi seorang wanita yang telah wafat seorang putranya, dia adalah seorang wanita tua renta yang buta, dia hijrah dari Makkah Al Mukarramah ke Madinah Al Munawwarah bersama putranya, dan ia tidak mempunyai keluarga yang lain, karena keluarga yang lain berada di Makkah. Untuk makan saja dia harus disuapi oleh anaknya, dan segala kebutuhannya diurus oleh anaknya, kemudian anaknya wafat. Dan ketika para sahabat menjenguknya, diantaranya sayyidina Anas bin Malik, maka berkatalah wanita buta dan tua renta itu :
" Benarkah anakku telah wafat?", sayyidina Anas bin Malik berkata: "Betul, namun engkau tenanglah karena anakmu sudah dimandikan dan dikafani, dan sebentar lagi akan dishalati kemudian dimakamkan", maka wanita itu menangis mengangkat tanganya dan berkata :

اَللّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّيْ هَاجَرْتُ إِلَيْكَ وَإِلَى نَبِيِّكَ فَلاَ تُحَمِّلْنِيْ هَذِهِ الْمُصِيْبَةَ

" Wahai Allah jika Engkau mengetahui bahwa aku hijrah kepada-Mu dan nabi-Mu, maka janganlah Engkau bebankan musibah ini kepadaku".

Dan belum selesai wanita itu berdoa maka anaknya bangun dan tidak lama kemudian anaknya kembali menyuapi ibunya. Demikian rahasia cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Demikian indahnya ketakwaan dan indahnya Allah subhanahu wata'ala. Diriwayatkan di dalam kitab 'Izhah Asraar Al Muqarrabin oleh As Sayyid Al Arif billah Al Imam Muhammad bin Abdullah bin Syech Al Aidarus Ba'alawy, bahwa ketika salah seorang rahib (ulama) di masa bani Israil telah menulis 860 kitab, dan karangannya sudah tersebar dimana-mana, dan ia pun gembira dengan amal baiknya, maka Allah wahyukan kepada nabi di zaman itu untuk menyampaikan pada rahib itu bahwa Allah belum ridha dengan apa yang telah dia lakukan, maka rahib itu terkejut ketika mendengar yang telah disampaikan oleh nabinya bahwa Allah belum ridha dengan amalannya. Maka ia pun melempar buku karangannya itu kemudian ia menyendiri saja di dalam goa untuk beribadah selama bertahun-tahun, lalu Allah kembali menyampaikan wahyu kepada nabi di zaman itu untuk menyampaikan kepada rahib bahwa Allah belum ridha dengan perbuatannya, maka ketika disampaikan kepada rahib itu ia berkata:
"Lalu aku harus berbuat apa lagi, aku menulis ratusan kitab Allah belum meridhai, aku menyendiri untuk beribadah kepada-Nya Allah belum meridhaiku".
Maka dalam keadaan risau dan bingung ia berjalan saja hingga sampailah ia di pasar ia membantu orang tua yang keberatan membawa beban, ia menciumi kepala anak yatim dan menyantuninya, maka Allah sampiakan wahyu kepada nabi di masa itu : "Katakan kepada hamba-Ku bahwa Aku telah ridha kepadanya". Apa yang menjadikan Allah ridha kepadanya? yaitu terjun ke masyarakat untuk membantu yang lemah dan susah, membantu para fuqara' dan anak-anak yatim, hal itu lah yang paling masyhur dari tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, bukti dari rahasia keridhaan Ilahi yang terluhur. Demikian budi pekerti orang yang paling luhur dan paling diridhai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah

Saya tidak berpanjang lebar menyampaikan tausiah, sekedar memberi kabar tadi pagi saya berkunjung ke Singapura, yang mana guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh dari Kuala Lumpur menuju Singapura, dan saya hanya bertemu di airport saja kemudian saya kembali ke Jakarta. Dalam perjumpaan itu kebetulan saya diberi kesempatan oleh para jamaah di Singapura untuk berbicara 4 mata dengan guru mulia untuk membicarakan tentang perkembangan Majelis Rasulullah. Saya samapaikan bahwa Alhmadulillah jamaah semakin banyak dan semakin rindu berjumpa dengan beliau, dan beliau mengatakan insyaallah dalam waktu dekat saya akan berkunjung, insyaallah di bulan Muharram, mudah-mudahan acara kita sukses, amin. Lalu beliau juga menanyakan bagaimana kabar yang lainnya, maka saya sampaikan bahwa kita telah mengadakan pertemuan dengan kurang lebih 100 anggota milis di dunia maya untuk terus menyebarkan dan meneruskan dakwah di dunia maya. Maka beliau kaget dan gembira dan beliau berkata bahwa itu adalah hal yang sangat mulia dan luhur karena dunia maya penuh dengan kegelapan dan sangat sedikit para dai yang mau terjun ke dalamnya, dan sampaikan salam saya pada jamaah bahwa saya gembira dengan perkumpulan itu. Ada kejadian yang diceritakan oleh putra beliau, sebelum beliau tiba di bandara putra beliau sempat duduk dengan saya sebentar. Ketika beliau mengunjungi Denmark, wilayah yang konon sangat benci kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan menghina nabi Muhammad. Dan cara beliau bukanlah dengan kekerasan, beliau datangi tempat itu untuk dikenalkan siapa nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam itu. Namun justru tempat yang kita kenal sebgai tempat yang paling benci kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan banyak menghina nabi itu, tetapi saat guru mulia baru saja mendarat di bandara Denmark, disana sudah ada 300 orang muslimin yang menyambut beliau dengan pembacaan maulid nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau berkata kepada putrnya:
"Engkau lihat, di barat dan timur mengatakan bahwa tempat ini adalah wilayah yang paling banyak menghina nabi, namun aku belum pernah datang ke satu negara pun ketika turun di bandara disambut dengan bacaan maulid kecuali di Denmark ini".
Beliau berkata kepada putranya bahwa Allah Maha mampu memberikan hidayah kepada orang yang terjauh sekalipun jika Allah ingin memberikan hidayah. Oleh sebab itu budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah hal yang sangat berharga. Beliau juga pernah berkunjung ke Jerman dan menyampaikan tausiah kepada suatu organisasi disana, dan didengar oleh salah seorang murid pendeta, dan dia sampaikan kepada pendeta bahwa guru mulia berbicara tentang kerukunan umat beragama, maka ditantanglah oleh ketua pendeta di kota itu untuk datang ke gereja menjelaskan Islam, maka beliau mendatangi gereja itu dan mohon izin untuk shalat sunnah di gereja itu, padahal sebagian besar pendapat seluruh madzhab mengharamkan shalat di gereja, sebagian mengatakan makruh dan sebgaian lagi mengatakan boleh jika gereja itu diharapakan akan berubah menjadi masjid. Kemudian beliau menyampaikan tausiah di depan para non muslim, setelah beliau selesai menyampaikan tausiah, kepala pendeta itu ditanya bagaimana pendapatnya tentang Islam, maka ia menjawab :
"Aku membenci Islam, tetapi aku cinta orang ini", maka guru mulia berkata: "Jika engkau cinta padaku, sebentar lagi engkau akan cinta kepada Islam". Lalu ketika beliau ditanya mengapa shalat sunnah di gereja, beliau berkata: "Karena aku tau tempat itu akan akan berubah menjadi masjid dalam waktu yang dekat".
Demikian agungnya tuntunan nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Hadirin hadirat, kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata'ala semoga Allah subhanahu wata'ala melimpahkan rahmat dan anugerah kepada kita, semoga Allah melimpahkan ketenangan, kesejukan, kekhusyuan, kemakmuran dunia dan akhirah untuk kita. Kita bermunajat dan mengingat setiap nafas kita yang telah lewat dalam dosa, kemana kita akan mengadukannya kalau bukan kepada samudera pengampunan Allah, kemana kita akan memohon penghapusannya kalau bukan dari Sang Maha Pemaaf, kemana kita akan mengadukan nafas kita yang masih tersisa di hari esok kalau bukan kepada Yang Maha melimpahkan segala keluhuran dan Maha menjauhkan dari segala musibah…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ

Selanjutnya kita mohonkan doa bacaan maulid oleh fadhilah As Sayyid Al Walid Al Arif billah Al Habib Atthas bin Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan sebelum doa kita meminta ijazah dari Al Habib Atthas, apa saja yang ingin beliau ijazahkan kepada kita dari doa-doa atau dzikir, kita menginginkan sanad yang bersambung dari guru-guru beliau sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau mengijazahkan dari sanad yang beliau terima dari ayah beliau As Syahid Al Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh, dan juga Al Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf, Al Habib Umar bin Ahmad bin Sumaith, Al Habib Masyhur Al Haddad. Al Habib Ali bin Syihabuddin dan juga para guru beliau yang lainnya, sanad yang bersambung kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berupa takwa kepada Allah, dan ijazah untuk berdzikir, serta belajar dan mengajarkan apa-apa yang kita terima kita ajarkan kepada orang lain dan mengamalkannya hingga lebih mudah kita memahami, lebih mudah kita mengajarkan dan lebih mudah kita mengamalkan dengan ikatan batin kita dengan para guru kita sampai kepada nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, maka katakan "Qabilna al ijaazah".

Sebuah Cerita Antara Orang tua Muslim dan Orang Yahudi

Suatu Malam Nashruddin biasa berdoa kepada Allah di waktu sahur, kemudian memohon kepada-Nya agar diberi rezeki berupa uang sebanyak seribu dirham emas. Namun, dia tidak akan mengambilnya kecuali 999 dirham saja.
Nashruddin juga memiliki seorang tetangga Yahudi, yang setiap hari mendengarkan doanya. Suatu hari, tetangga Yahudinya itu hendak menguji Nashruddin. Dia menaruh uang sebanyak 999 dirham emas dalam sebuah pundi.

Ketika datang waktu sahur, seperti biasa, Nashruddin mulai berdoa dengan doa yang biasa dilakukannya. Orang Yahudi itu pun melempar kan pundi itu ke dalam rumah Nashruddin melalui cerobong asap. Lalu, si Yahudi itu mengintip dan memperhatikan apa yang bakal dilakukan Nashruddin.

Melihat pundi berisikan uang itu,Nashruddin bersyukur kepada Allah dan meng-
ucapkan alhamdulillah, karena Allah telah mengabulkan doanya. Nashruddin mengambil
kantung itu dengan tenang dan sopan, lalu menghitungnya. Ternyata, uang itu sesuai dengan yang diharapkannya. Nashruddin berkata, "Sesungguhnya yang memberikan kepadaku
uang sebanyak 999 dirham ini, tentu tidak akan kikir dengan uang yang satu dirham."
Lalu, dia menyembunyikan pundi tersebut.

Melihat itu, dengan segera orang Yahudi itu pergi ke rumah Nashruddin sambil tertawa dan berkata, "Kembalikan uangku itu! Aku hanya ingin menguji dan mempermainkanmu agar aku tahu kesungguhanmu dalam memohon rezeki kepada Allah Swt."
Dengan penuh heran, Nashruddin berkata kepada Yahudi itu, "Dirham mana yang kau
maksudkan? Apakah engkau pernah meminjami-ku uang?" Orang Yahudi itu menjawab, "Tidak,wahai tuan, sesungguhnya uang itu bukanlah uang yang kamu mohon kepada Tuhanmu, tetapi itu uangku yang kulemparkan lewat cerobongasap."

Nashruddin berkata padanya, "Gila kamu,cerita macam ini tidak akan ada yang mem-
percayainya. Apakah engkau pernah mendengar,di zaman sekarang ini, adanya seorang Yahudi yang terlintas dalam benaknya untuk mem-berikan uang sebanyak itu kepada orang lain lewat cerobong asap? Sungguh, uang yang kudapatkan itu adalah bukti nyata terkabulnya doaku, dan itu datang dari khazanah kekayaan Allah Swt yang Mahaluas."
Lalu, terjadilah perselisihan di antara keduanya, dan Nashruddin bersikeras pada
pendapatnya. Setelah meliha^ Nashruddin begitu berkeras dalam mempertahankan pendapatnya, orang Yahudi itu berkesimpulan bahwa perselisihan itu tidak akan terselesaikan kecuali bila diajukan pada seorang hakim. Orang Yahudi itu berkata pada Nashruddin, "Untuk mengakhir perselisihan ini, sebaiknya kita pergi ke seorang
hakim."

Nashruddin menjawab, "Jika itu yang kau harapkan, mari kita pergi ke sana. Akan tetapi, aku sudah tua dan tidak dapat pergi ke tempat hakim itu dengan berjalan kaki. Sebab, disamping rumahnya jauh, aku juga tidak tahan dengan hawa dingin. Sementara, aku tidak punya baju tebal untuk menyelimuti tubuhku."
Yahudi itu berkata padanya, "Aku akan sediakan untukmu keledai dan baju mantel
tebal." Lalu, keduanya pergi menuju rumah seorang hakim. Sementara Yahudi itu berjalan kaki, Nashruddin menunggang keledai dan mengenakan baju mantel tebal milik Yahudi itu. Setelah kedua orang itu masuk ke rumah seorang hakim, si Yahudi itu membeberkan persoalannya. Setelah selesai, hakim itu berkata pada Nashruddin, "Lalu, bantahan apa yang akan kau katakan dalam kasus ini?"

Nashruddin pun angkat bicara, "Wahai hakim, dia telah mengada-ada. Aku tidak men-
dapatkan uang darinya, namun aku memperoleh uang dirham itu dari anugrah Allah Swt yang Mahaderma kepada hamba-Nya. Sehingga, dakwaannya itu sangat tidak logis dan tak dapat diterima. Seandainya ada seorang yang akan mati kelaparan pun, karena kikirnya, dia tidak akan memberikan bahkan sepotong roti pun. Lantas, bagaimana mungkin dia akan memberikan kepadaku uang sebanyak itu. Sungguh, dia ingin menipuku dan merampas seluruh hartaku ini.Mungkin saja sebentar lagi dia akan mengaku bahwa keledai yang kutunggangi itu dan baju mantel yang kupakai ini adalah miliknya juga."
Mendengar kata-kata Nashruddin, Yahudi itu pun terkejut dan takut akan kehilangan
keledai serta baju mantelnya. Dia lalu berkata pada Nashruddin,"Apakah keledai dan mantelku itu akan kau dakwa menjadi milikmu juga?
Sungguh aku merasa kasihan padamu karena engkau seorang yang tua, sehingga kubiarkan
engkau mengendarai keledaiku dan aku berjalan kaki!"

Nashruddin berkata kepada hakim itu, "Wahai tuan hakim, bukankah telah Anda dengar
ucapannya? Mulai hari ini, saya tidak akan mempercayainya. Sungguh aneh orang ini; segala milikku.dia dakwa menjadi miliknya."

Setelah mendengar perang kata-kata antara kedua orang itu, hakim itu lalu berdiri dan
memberikan keputusannya, "Keluarlah wahai Yahudi...
Telah tampak kebenaran atas semua
masalah ini. Sungguh, seluruh dakwaanmu ohong dan tidak benar. Kamu ingin merampas
arta milik orang tua yang patut dikasihani ini."

Orang Yahudi itu pun keluar sambil menangis dan mengadukan nasibnya yang
malang itu. Sementara, Nashruddin meunggangi keledai itu dan pulang ke rumahnya
engan tenang. Tak lama setelah orang Yahudi itu tiba di rumahnya, Nashruddin pergi ke rumah rang Yahudi itu dan mengembalikan seluruh harta miliknya, tanpa berkurang satu dirham pun; begitu juga keledai dan baju mantelnya.
nashruddin lalu berkata padanya, "Janganlah engkau turut campur dalam urusan hamba
dengan Tuhannya. Sebab, itu akan membuat cemas dan gelisah hati seorang hamba."

Tenyata, kejadian itu menjadi pelajaran besar bagi orang Yahudi itu. Tak lama kemudian, orang yahudi itu datang ke rumah Nashruddin untuk bertaubat dan menyatakan keislamannya kepadanya.

Keutamaan Air Wudhu dan manfaatnya air wudhu

1. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sungguh, umatku akan dipanggil nanti pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya di sekitar wajah, tangan dan kaki, karena bekas wudhu. Karena itu, barangsiapa di antara kalian sanggup melebihkan basuhan wudhunya (melebih yang telah difardhukan pada wajah, tangan dan kaki), maka hendaklah ia berbuat.”(HR.Bukhari dan Muslim)

2. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Saya mendengar kekasihku Rasulullah saw. bersabda : “Perhiasan orang mukmin ( di surga)

3. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakannya, maka keluarlah semua dosa dari jasadnya, hingga dari bawah kuku-kukunya.”(HR.Muslim)

4. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhu saya ini, kemudian beliau bersabda : “Barangsiapa berwudhu demikian, niscaya diampuni dosanya yang telah dilakukan sebelumnya. Dan salatnya serta berjalannya menuju ke masjid mendapat tambahan pahala.”(HR.Muslim)

5. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Apabila seorang hamba muslim dan mukmin berwudhu, ketika ia membasuh wajah, maka keluarlah dari wajahnya semua dosa yang telah dilihat dengan kedua matanya bersama tetesan air yang terakhir ; ketika ia membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dari kedua tangannya
setiap dosa yang disebabkan pukulan tangannya bersama tetesan air yang terakhir ; apabila ia membasuh kedua kakinya, maka keluarlah setiap dosa karena perjalanan
kakinya bersama tetesan air yang terakhir; sehingga ia keluar dalam keadaan bersih dari semua dosa.”(HR.Muslim)

6. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. datang ke kubur dan mengucapkan : ASSALAMU’ALAIKUM DAARA QAUMIN MU’MINIINA WA INNA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN”, aku merasa senang sekali bila dapat melihat saudara-saudaraku.” Para sahabat bertanya : “Bukan kami ini saudaramu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Kamu
sekalian adalah sahabatku. Adapun saudara-saudara kitaadalah orang-orang yang belum datang.” Para sahabat bertanya : “Bagaimana engkau mengetahui umat yang belum
datang dari umatmu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab :
“Bagaimana pendapatmu jika seandainya ada seorang yang mempunyai seekor kuda putih cemerlang berada di tengahtengah kuda hitam pekat; apakah ia tidak mengetahui
kudanya yang putih cemerlang itu ?” Para sahabat berkata :
“Pasti mengetahui ya Rasulullah.” Beliau bersabda :
“Sesungguhnya saudara-saudara kita itu akan datang dalam keadaaan putih cemerlang karena wudhu dan aku akan membimbing mereka ke telaga .”(HR.Muslim)

7. Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda
: “Maukah kalian aku tunjukkan kepada apa yang menyebabkan Allah menghapus dosa dan meluhurkan derajat ?” Para sahabat menjawab : “Tentu ya Rasulullah !
“Rasulullah bersabda : “Menyempurnakan wudhu pada hal-hal yang tidak disukai (misalnya pada waktu udara sangat dingin), dan memperbanyak langkah menuju ke masjid serta menunggu salat sesudah (sebelumnya). Maka inilah yang disebut arribath (ikatan jiwa atas perbuatan taat ini), atau penjagaan garis depan melawan musuh.”(HR.Muslim)

8. Dari Abu Malik Al Asy’ariy ra., ia berkata : “Rasulullah saw.
bersabda : “Membersihkan diri adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)

9. Dari Umar bin Khaththab ra., dari Nabi saw. beliau bersabda :
“Tidak seorang pun di antara kalian yang berwudhu dengan menyempurnakan wudhu kalian, kemudian mengucapkan :
“ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHUWA RASUULUH “ (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya), kecuali ia
dibukakan pintu-pintu surga yang ada delapan, yang bisa ia masuki dari mana pun ia suka.”(HR.Muslim)
Dan di dalam riwayat Turmudzi terdapat tambahan :
“ALLAHUMMAJ’ALNII MINAT TAUWABIINA WAJ’ALNII MINAL MUTATHAHHIRIIN (Ya Allah, Jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasukgolongan orang-orang yang suci).”

Keutamaan Mencium Tangan Orang Tua dan Orang Alim

Perlu diketahui bahwa mencium tangan orang yang saleh, penguasa yang bertakwa dan orang kaya yang saleh adalah perkara mustahabb (sunnah) yang disukai Allah. Hal ini berdasarkan hadits-hadits Rasulullah dan dan atsar para sahabat, yang akan kita sebutkan berikut ini.
Di antaranya, hadits riwayat al-Imam at-Tirmidzi dan lainnya, bahwa ada dua orang Yahudi bersepakat menghadap Rasulullah. Salah seorang dari mereka berkata: “Mari kita pergi menghadap -orang yang mengaku- Nabi ini untuk menanyainya tentang sembilan ayat yang Allah turunkan kepada Nabi Musa”. Tujuan kedua orang Yahudi ini adalah hendak mencari kelemahan Rasulullah, karena beliau adalah seorang yang Ummi (tidak membaca dan tidak menulis). Mereka menganggap bahwa Rasulullah tidak mengetahui tentang sembilan ayat tersebut. Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah dan menanyakan prihal sembilan ayat yang diturunkan kepada Nabi Musa tersebut, maka Rasulullah menjelaskan kepada keduanya secara rinci tidak kurang suatu apapun. Kedua orang Yahudi ini sangat terkejut dan terkagum-kagum dengan penjelasan Rasulullah. Keduanya orang Yahudi ini kemudian langsung mencium kedua tangan Rasulullah dan kakinya. Al-Imam at-Tarmidzi berkata bahwa kulitas hadits ini Hasan Shahih#.
Abu asy-Syaikh dan Ibn Mardawaih meriwayatkan dari sahabat Ka’ab ibn Malik, bahwa ia berkata: “Ketika turun ayat tentang (diterimanya) taubat-ku, aku mendatangi Rasulullah lalu mencium kedua tangan dan kedua lututnya”#.
Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya al-Adab al-Mufrad bahwa sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib telah mencium tangan al-‘Abbas ibn ‘Abd al-Muththalib dan kedua kakinya, padahal ‘Ali lebih tinggi derajatnya dari pada al-‘Abbas. Namun karena al-‘Abbas adalah pamannya sendiri dan seorang yang saleh maka dia mencium tangan dan kedua kakinya tersebut#.
Demikian juga dengan ‘Abdullah ibn ‘Abbas, salah seorang dari kalangan sahabat yang masih muda ketika Rasulullah meninggal. ‘Abdullah ibn ‘Abbas pergi kepada sebagian sahabat Rasulullah lainnya untuk menuntut ilmu dari mereka. Suatu ketika beliau pergi kepada Zaid ibn Tsabit, salah seorang sahabat senior yang paling banyak menulis wahyu. Saat itu Zaid ibn Tsabit sedang keluar dari rumahnya. Melihat itu, dengan cepat ‘Abdullah ibn ‘Abbas memegang tempat pijakan kaki dari pelana hewan tunggangan Zaid ibn Tsabit. ‘Abdullah ibn ‘Abbas menyongsong Zaid untuk menaiki hewan tunggangannya tersebut. Namun tiba-tiba Zaid ibn Tsabit mencium tangan ‘Abdullah ibn ‘Abbas, karena dia adalah keluarga Rasulullah. Zaid ibn Tsabit berkata: “Seperti inilah kami memperlakukan keluarga Rasulullah”. Padahal Zaid ibn Tsabit jauh lebih tua dari ‘Abdullah ibn ‘Abbas. Atsar ini diriwayatkan oleh al-Hafizh Abu Bakar ibn al-Muqri dalam Juz Taqbil al-Yad.
Ibn Sa’d juga meriwayatkan dengan sanad-nya dalam kitab Thabaqat dari ‘Abd ar-Rahman ibn Zaid al-‘Iraqi, bahwa ia berkata: “Kami telah mendatangi Salamah ibn al-Akwa’ di ar-Rabdzah. Lalu ia mengeluarkan tangannya yang besar seperti sepatu kaki unta, kemudian dia berkata: “Dengan tanganku ini aku telah membaiat Rasulullah”. Oleh karenanya lalu kami meraih tangan beliau dan menciumnya”#.
Juga telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwa al-Imam Muslim mencium tangan al-Imam al-Bukhari. Al-Imam Muslim berkata kepadanya:

وَلَوْ أَذِنْتَ لِيْ لَقَبَّلْتُ رِجْلَكَ.
“Seandainya anda mengizinkan pasti aku cium kaki anda”#.

Dalam kitab at-Talkhish al-Habir, al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani menuliskan sebagai berikut: “Tentang masalah mencium tangan ada banyak hadits yang dikumpulkan oleh Abu Bakar ibn al-Muqri, beliau mengumpulkannya dalam satu juz penuh. Di antaranya hadits ‘Abdullah ibn ‘Umar, dalam menceritakan suatu peristiwa di masa Rasulullah, beliau berkata:

فَدَنَوْنَا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلْنَا يَدَهُ وَرِجْلَهُ (رواه أبو داود)
“Maka kami mendekat kepada Rasulullah lalu kami cium tangan dan kakinya”. (HR. Abu Dawud)

Di antaranya juga hadits Shafwan ibn ‘Assal, dia berkata: “Ada seorang Yahudi berkata kepada temannya: Mari kita pergi kepada Nabi ini (Muhammad). Kisah lengkapnya seperti tertulis di atas. Kemudian dalam lanjutan hadits ini disebutkan:

فَقَبَّلاَ يَدَهُ وَرِجْلَهُ وَقَالاَ: نَشْـهَدُ أَنَّكَ نَبِيٌّ.
“Maka keduanya mencium tangan Nabi dan kakinya lalu berkata: Kami bersaksi bahwa engkau seorang Nabi”.

Hadits ini diriwayatkan oleh Para Penulis Kitab-kitab Sunan (al-Imam at-Tirmidzi, al-Imam an-Nasa’i, al-Imam Ibn Majah, dan al-Imam Abu Dawud) dengan sanad yang kuat.
Juga hadits az-Zari’, bahwa ia termasuk rombongan utusan ‘Abd al-Qais, bahwa ia berkata:

فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
“Maka kami bergegas turun dari kendaraan kami lalu kami mencium tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam”. (HR. Abu Dawud)

Dalam hadits tentang peristiwa al-Ifk (tersebarnya kabar dusta bahwa as-Sayyidah ‘Aisyah berbuat zina) dari 'Aisyah, bahwa ia berkata: “Abu Bakar berkata kepadaku:

قُوْمِيْ فَقَبِّلِيْ رَأْسَهُ.
“Berdirilah dan cium kepalanya (Rasulullah)”. (HR. Ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir)#.

Dalam kitab sunan yang tiga (Sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasa-i) dari ‘Aisyah, bahwa ia berkata:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَشْبَهَ سُمْتًا وَهَدْيَا وَدَلاًّ بِرَسُوْلِ اللهِ مِنْ فَاطِمَةَ، وَكَانَ إِذَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ قَامَ إِلَيْهَا فَأَخَذَ بِيَدِهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِيْ مَجْلِسِهِ، وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ إِلَيْهِ فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ، وَأَجْلَسَتْهُ فِيْ مَجْلِسِهَا.
“Aku tidak pernah melihat seorangpun lebih mirip dengan Rasulullah dari Fathimah dalam sifatnya, cara hidup dan gerak-geriknya. Ketika Fathimah datang kepada Rasulullah, maka Rasulullah berdiri menyambutnya lalu mengambil tangan Fathimah, kemudian Rasulullah mencium Fathimah dan membawanya duduk di tempat duduk beliau. Dan apabila Rasulullah datang kepada Fathimah, maka Fathimah berdiri menyambutnya lalu mengambil tangan Rasulullah, kemudian mencium Rasulullah, setelah itu ia mempersilahkan beliau duduk di tempatnya”.

Demikian penjelasan al-Hafizh Ibn Hajar dalam kitab at-Talkhish al-Habir.
Dalam hadits yang terakhir disebutkan, juga terdapat dalil tentang kebolehan berdiri untuk menyambut orang yang masuk datang ke suatu tempat, jika memang bertujuan untuk menghormati bukan untuk menyombongkan diri dan menampakkan keangkuhan.
Sedangkan hadits riwayat al-Imam Ahmad dan al-Imam at-Tirmidzi dari Anas ibn Malik yang menyebutkan bahwa para sahabat jika mereka melihat Rasulullah mereka tidak berdiri untuknya karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah tidak menyukai hal itu, hadits ini tidak menunjukkan kemakruhan berdiri untuk menghormati. Pemaknaan hadits ini bahwa Rasulullah tidak menyukai hal itu karena beliau takut akan diwajibkan hal itu atas para sahabat. Dengan demikian, Rasulullah tidak menyukai hal itu karena beliau menginginkan keringanan bagi ummatnya. Sebagaimana sudah diketahui bahwa Rasulullah kadang suka melakukan sesuatu tapi ia meninggalkannya meskipun ia menyukainya karena beliau menginginkan keringanan bagi ummatnya.
Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Abu Dawud dan al-Imam at-Tirmidzi bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رَوَاه أبو دَاوُد والتّرمذيّ)

berdiri yang dilarang dalam hadits ini adalah berdiri yang biasa dilakukan oleh orang-orang Romawi dan Persia kepada raja-raja mereka. Jika mereka ada di suatu majelis lalu raja mereka masuk, maka mereka berdiri untuk raja tersebut dengan Tamatstsul; artinya berdiri terus hingga sang raja pergi meninggalkan majelis atau tempat tersebut. Ini yang dimaksud dengan Tamatstsul dalam bahasa Arab.
Sedangkan riwayat yang disebutkan oleh sebagian orang bahwa Rasulullah menarik tangannya dari tangan orang yang hendak menciumnya, ini adalah hadits yang sangat lemah menurut ahli hadits#.
Maka sangat aneh bila ada orang yang menyebut-nyebut hadits dla’if ini dengan tujuan menjelekkan perbuatan mencium tangan. Bagaimana dia meninggalkan sekian banyak hadits shahih yang membolehkan mencium tangan, dan dia berpegangan dengan hadits yang sangat lemah untuk melarangnya!? Hasbunallah.