Saturday, July 9, 2011

Kisah di sebalik gelaran 'Saifullah' - Pedang Allah

Rasulullah Sollallahualaihiwasallam telah mengutuskan segerombolan tentera bagi menyerang Rom sebagai menuntut bela atas kematian Al-Harith bin 'Umair Al-Azdiy radiyallahuanhu yg ditugaskan sebagai utusan Baginda kepada pemerintah Busra. Baginda telah menamakan 3 orang panglima. Panglima pertama, Zaid bin Harithah radiyallahuanhu. Jika gugur, maka Jaafar bin Abi Talib radiyallahuanhu. Jika gugur, maka Abdullah bin Rawahah radiyallahuanhu. Perang ini dikenali dengan Peperangan Mu'tah.

Pasukan tentera Muslimin yg berjumlah 3 ribu orang akan berhadapan dengan sejumlah 150 ribu tentera Rom dan golongan Kristian Arab. Perang meletus. Zaid bin Harithah radiyallahuanhu gugur syahid. Panji dipegang pula oleh Jaafar bin Abi Talib radiyallahuanhu sebagaimana yg diperintahkan Baginda. Lalu, Jaafar radiyallahuanhu juga terbunuh syahid. Lantas, Abdullah bin Rawahah radiyallahuanhu pula menggantikannya. Akhirnya , beliau juga syahid. Hampir sahaja tentera Muslimin berundur ke belakang sehinggalah 'Uqbah bin 'Amir radiyallahuanhu [1] menyeru, "Wahai kaum, sesungguhnya seorang manusia yg terbunuh dalam keadaan berhadapan dengan musuhnya lebih mulia daripada yg mati terbunuh membelakangi mereka." Tentera Muslimin kembali thabat.

Mereka sepakat melantik Khalid Al-Walid radiyallahuanhu untuk menjadi panglima perang menggantikan panglima terakhir. Amanah berat itu terpaksa ditanggungnya. Pada hari itu, beliau menyerang musuh penuh berani. Keesokannya, beliau yg terkenal dengan pakar strategi perang sejak di alam jahiliyah lagi telah menukar susunan tenteranya. Yang menunggang diarahkan supaya menggantikan kedudukan tentera yg berjalan kaki. Yang berjalan kaki pula diperintahkan menunggang kuda. Yang di sebelah kanan bertukar ke sebelah kiri. Yang kiri pula ke bergerak ke sebelah kanan. Maka, tentera Rom gentar kerana menyangka bahawa tentera bantuan telah tiba untuk menolong tentera Muslimin. Kehandalan dan kemahiran Khalid dalam ketenteraan tidak dapat disangkal lagi.

Setelah 7 hari bertempur, akhirnya tentera Rom berundur mengalah. Tentera Muslimin pula pulang ke Madinah. Sebelum berita kematian ketiga-tiga panglima sampai ke telinga Baginda, wahyu dari langit telah pun mendahului.

Baginda bersabda,

"Zaid memegang panji lalu terbunuh. Kemudian, Jaafar pula memegangnya lalu terbunuh. Kemudian, Ibnu Rawahah pula memegangnya lalu terbunuh." Air mata Baginda mengalir. Kemudian Baginda berkata, "Sehinggalah panji dipegang oleh sebilah pedang daripada pedang-pedang Allah hingga Allah memberi kemenangan kepada mereka." Riwayat Bukhari.

Ketika tentera tiba di Madinah, penduduk Madinah memanggil mereka, "Wahai orang-orang yg lari dari medan perang..." kerana menyangka bahawa berundurnya Khalid dan tentera sebagai satu kekalahan sedang Baginda pula menganggap itu sebagai strategi lalu bersabda, "Bahkan mereka ialah orang-orang yg mara...". Baginda juga memuji kehandalan Khalid Al-Walid.


Hikmah kematian Khalid Al-Walid radiyallahuanhu di atas pembaringan

Sebahagian dari kita tertanya-tanya, mengapakah Khalid radiyallahuanhu mati di atas pembaringan sedangkan beliau telah menyertai peperangan yg teramat banyak? Mengapa Khalid radiyallahuanhu tidak terpilih mati sebagai syahid?

Para ulama kita menjawab dengan penuh bijaksana, "Pedang Allah (Saifullah) tidak akan sama sekali patah." Jika Khalid syahid di medan tempur, ini akan menjadi hujah kepada musuh Islam bahawa pedang Allah juga mampu untuk dikalahkan.

Mudah-mudahan anak buah saya yg baru lahir ini, Ahmad Saifullah mewarisi kewibawaan dan ketokohan Sayyiduna Khalid bin Al-Walid radiyallahuanhu yg bermati-matian memperjuangkan Islam tanpa mengenal erti penat dan lelah. Ya Allah, himpunkan kami bersama-sama mereka. Amin

Ajaran islam cara melebur Dosa

Hasan al-Bashri seorang ulama terkemuka asal Basharah Irak menyaksikan seorang pemuda datang pada seorang dokter menanyakan hal berikut : Wahai dokter apakah Anda memiliki resep obat mujarab yang bisa menghapus dosa-dosa dan menyembuhkan penyakit hati?
Dokter itu menjawab : Ya!
Pemuda itu berkata : Berikan padaku resep mujarab itu!
Dokter berkata : "Ambillah sepuluh bahan pelebur dosa itu :
Ambillah akar pohon rasa fakir dan menghajatkan pada Allah bersama dengan akar kerendahan hati yang tulus dan ikhlas kepada Allah. Jadikan taubat sebagai campurannya. Lalu masukkan dalam wadah ridha atas semua ketentuan dan takdir Allah. Aduklah dengan adukan qana'ah rasa puas dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Masukkan dalam kuali takwa. Tuangkan ke dalamnya air rasa malu lalu didihkanlah dengan api cinta dan masukkan dalam adonan syukur serta keringkan dengan kipasan harap lalu minumlah dengan sendok pujian (al-hamdu).
Jika engkau mampu melakukannya pastilah engkau mampu mencegah penyakit dan ujian baik di dunia maupun akhirat" pungkas dokter itu.
Banyak orang melakukan dosa dan kedurjanaan kepada Allah karena dia merasa cukup dengan kemampuan dirinya dan seakan tidak lagi membutuhkan pada apapun, termasuk pada Sang Mahakaya. Dia beranggapan bahwa dirinya mampu melakukan semua hal dengan kekuatan dan kemampuannya, dengan potensi dan energi dirinya. Dia merasa bahwa semua yang dia dapatkan adalah hasil dari kekuatan pikirannya, kemampuan ilmunya, kejernihan kalkulasinya, kematangan hitungan-hitungannya. Inilah yang terjadi pada Qarun yang angkuh dengan harta yang dimilikinya yang kemudian Allah turunkan adzab padanya dengan ditelannya dia oleh bumi yang tidak lagi suka pada kecongkakan, kesombongan dan keangkuhan yang dia pamerkan sehingga membuat bumi gerah.
Sumber dosa lainnya adalah karena orang itu ridak ridha dengan apa yang Allah tetapkan pada dirinya. Sering kali dari bibirnya keluar keluhan dan bahkan gugatan kepada Allah kepada Dia tidak memberikan yang "terbaik" menurut pandangannya, menurut persepsinya, menurut pemikirannya. Dia menyangka bahwa apa yang dia alami saat ini tidaklah tepat bagi dirinya, tidak pantas untuk dirinya, tidak layak dialaminya. Dia seakan lebih tahu dari Allah Yang Mahatahu yang mengerti semua detil perkara yang baik dan yang buruk bagi hamba-Nya. Inilah yang terjadi pada Qabil tatkala menuntut ayahnya agar dia dinikahkan dengan adik kembarnya padahal Allah telah menentukan lain untuknya.
Lambat kembali kepada Allah merupakan penyebab lain dari tidak hancurnya dosa-dosa yang kita lakukan. Terjadi pengendapan dosa karena seringnya kita menunda taubat yang seharusnya cepat kita lakukan. Padahal Allah memerintahkan kita untuk segera merapatkan diri kepada Allah setelah beberapa lama kita telah menjauhinya. Getarkan hati kita semua dengan sesal atas semua kesalahan yang kita lakukan. Mereka seakan tidak tahu bahwa Allah senantiasa menerima taubat hamba-Nya dan Allah sangat senang dengan taubat mereka.
Sebagaimana yang Allah firmankan :
ألم يعلموا أن الله هو يقبل التوبة عن عباده ويأخذ الصدقات وأن الله هو التواب الرحيم
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang? (At-Taubah : 104).
Rasa tidak puas dengan apa yang Allah berikan pada kita merupakan penyakit kronis yang melahirkan buruk sangka kepada Allah, mendekti kehendak Allah, menyalahkan Allah. Rasa tidak puas dengan karunia Allah akan mengecilkan rasa syukur kita pada-Nya dan bahkan suatu saat akan memadamkannya. Lenyapnya rasa qana'ah atas karunia-Nya akan membuahkan ketamakan dan ketamakan akan melahirkan kezhaliman-kezhaliman. Dari kezhaliman akan memunculkan kerusakan-kerusakan yang menghancurkan tatanan kehidupan.
Jika dalam diri kita telah ada rasa kefakiran, rasa ridha dan qana'ah dan taubat maka semangat takwa kepada Allah hendaknya kita pupuk terus menerus dan kita bina dengan seksama. Sebab ketakwaan itu laksana sebuah tanaman yang jika dibina dengan sebaik-baiknya maka dia akan tumbuh subur dan indah dan jika kita telantarkan maka ketakwaan itu akan segera layu dan lesu. Ketakwaan bisa kita sirami dengan dengan rasa takut pada Allah (al-khawf min al-Jalil), mengamalkan nilai-nilai all-Quran (al-'amal bi al-Tanzil), puas dengan yang ada (al-qana'ah bi al-qalil) dan mempersiapkan diri sepenuhnya untuk perjalanan akhir : kematian ( al-isti'dad li yaum al-Rahil). Jadikan takwa terus terus tumbuh berkembang dan berkelanjutan sampai maut datang menjelang. Hendaknya kita menggenjot ketakwaan kita sampai pada puncaknya, pada titik kulminasinya.
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam (Ali Imran : 102).
Ketakwaan kita akan semakin bermakna mana kala yang menjadi pendorongnya adalah mahabbah cinta pada Allah. Cinta pada Allah sepenuh jiwa dan hati. Cinta yang tidak lagi membuatnya berpkir untuk dan rugi dalam menjalankan perintah dan anjuran-Nya. Semangat cinta yang membakar hatinya akan senantiasa menggerakkannya untuk senantiasa dekat, merapat dan bergiat untuk merengkuh ridha dan kasih-Nya, meminum cawan rahmat-Nya dalam setiap langkah-langkah hidup dan goresan sejarahnya. Rasa cintanya yang menggelegak pada Allah akan senantiasa membuat hidup terasa hidup, langkahnya demikian pasti menuju Sang Kekasih. Cawan cintanya senantiasa tumpah ruah dengan air mata takwa, ridha qanah, taubat syukur, tawakkal dan sabar.
Bagi para pecinta yang dipikirkan bukan lagi dirinya tapi Dzat yang dicintainya dan dia larut dalam gelombang kasih-Nya, larut dalam rahmat-Nya masuk dalam dekapan kasih sayang-Nya.
Ramuan kefakiran pada Allah+taubat+ridha+qana'ah+takwa+malu+mahabbah cinta+syukur+harap (raja') dan tahmid akan membersihkan dosa kita, melelehkan bebukitan kesalahan kita.
Dan yakinlah bahwa ramuan itu selain menghapuskan dosa kita dia juga akan menambah vitalitas keimanan kita semua menambah energi keislaman kita dan memantapkan akar ihsan kita.
Selama mencoba! Pastilah kita akan merasan khasiatnya. Dengan hasil jiwa nan segar dan jiwa yang jernih. Dengan dosa yang minim setiap hari.

Thursday, July 7, 2011

Terwujudnya cita-cita mengunakan proses

etika Sistem Pendidikan, Sosial, Politik, Ekonomi, budaya dan Hukum sudah menyimpang jauh dari Aturan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka kita semua bisa menilai apa sedang terjadi saat ini di Negara kita dan juga seluruh Dunia ?
 Hanya menyesali dan menyalahkan Sistem yang eksis saat ini bukanlah sikap yang bijak, kalau boleh kita analogikan di setiap Negara ada sebuah pohon Raksasa yang sangat-sagat rindang dan sejuk tetapi sayang buahnya pahit rasanya walau pahit mereka semua memakannya, hampir seluruh penduduk di negeri ini bernaung di bawah pohon itu dan ikut menjaga, merawat dan memperjuangkan agar jangan sampai pohon itu tumbang, untuk merawat pohon tersebut diperlukan pupuk spesial yang sangat mahal harus diimpor dari Luar negeri dengan cara berhutang.

Mayoritas penduduk di negeri itu membanggakan, mengagung-agungkan bahkan tidak sedikit yang menyembah pohon itu, inilah yang menyebabkan kaum minoritas negeri itu marah dan ingin memberontak melakukan revolusi untuk menumbangkan pohon itu. Ada yang marah dengan mencaci maki, ada yang suka mendemontrasi dan memprovokasi dan ada yang nekat dengan melempar bom dan mengirim milisi, yang semuanya berujung dengan frustasi.

Namun ada yang diam-diam namun pasti diantara mereka menanam pohon sendiri dari biji yang suci hanya ingin mengharap Ridho Ilahi, dengan harapan kelak dikemudian hari tumbuh menjulang tinggi memenuhi tuntutan gizi seluruh penduduk negeri ini.
 Sahabat, di awal tahun baru ini mari kita awali dengan menanam benih-benih kebajikan, benih-benih amal shaleh moga kelak di akhir tahun atau di akhir hayat nanti kita sudah tinggal menikmati.
 Tak akan ada yang tumbuh atau berbuah dimasa yang akan datang jika hari ini kita tidak pernah menanam.
 Apa yang harus kita tanam hari ini dan apa pula buah yang akan petik kelak ? Rosulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam memberi arahan kepada kita agar menjadi seperti yang kita cita-citakan, berikut ini
 Seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam , Dia berkata : Aku ingin menjadi seorang Ulama’ (orang yang memiliki kedalaman ilmu).
 Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam  menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi Ulama’
 Dia berkata : Aku ingin menjadi orang paling kaya

 Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam  menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri sendiri maka engkau akan jadi orang paling kaya
 Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang adil
  Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab: Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia
 Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang paling baik
  Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia
 Dia berkata : Aku ingin menjadi orang yang istimewa di sisi Allah
  Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam  menjawab : Banyakkan dzikrullah niscaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah
 Dia berkata : Aku ingin disempurnakan imanku
 Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Baikkanlah akhlakmu niscaya imanmu akan sempurna
 Dia berkata : Aku ingin termasuk dalam golongan mereka yang taat


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Tunaikan segala kewajiban yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat
 Dia berkata : Aku ingin berjumpa Allah dalan keadaan bersih dari dosa

 Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Banyaklah beristighfar niscaya niscaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci dari dosa
 Dia berkata : Aku ingin menjadi semulia-mulia manusia
 Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Jangan berprasangka buruk pada orang lain niscaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia

Dia berkata : Aku ingin menjadi segagah-gagah manusia
 
Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam  menjawab : Senantiasa berserah diri (tawakkal) kepada Allah niscaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia
 Dia berkata : Aku ingin dimurahkan rezeki oleh Allah

Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Senantiasa berada dalam keadaan bersih ( dari hadast ) niscaya Allah akan memurahkan rezeki kepadamu

Dia berkata : Aku ingin termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya
 
Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam  menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Allah dan RasulNya

Dia berkata : Aku ingin diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Jangan marah kepada orang lain niscaya engkau akan selamat dari kemurkaan Allah dan rasulNya

Dia berkata : Aku ingin diterima segala permohonanku
 
Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Jauhilah makanan haram niscaya segala permohonanmu akan diterimaNya

Dia berkata : Aku ingin agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat
 
Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Tutupilah keburukan orang lain niscaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat

Dia berkata : Siapa yang selamat dari dosa?


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Orang yang senantiasa mengalirkan air mata penyesalan, mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan

Dia berkata : Apakah kebaikan terbesar di sisi Allah?


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Baik budi pekerti, rendah diri dan sabar menghadapi cobaan Allah

Dia berkata : Apakah kejahatan terbesar di sisi Allah?


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan

Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ?


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi dan menghubungkan persaudaraan

Dia berkata: Apakan yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat?


Baginda Sallallahu 'alaihi Wasallam menjawab : sabar di dunia dengan bala dan musibah

Mari kita tanam benih-benih kebajikan diawal bulan dan tahun ini

Proses Syakaratul Maut

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 8)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62: 8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .

Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)

(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.

Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

HIDUP DENGAN MENGUBAH KATA-KATA

Kata-kata yg kita ucapkan dan pikirkan bukan saja menjelaskan hidup kita tetapi sebenarnya membentuknya. Kata-kata berdampak besar terhadap kehidupan kita; bahkan, percakapan di dalam diri kita menghasilkan sebagian besar pencapaian kita. Saringlah kata-kata yg negatif dan ubahlah agar menjadi kata-kata positif sehingga lisan dan tulisan kita selalu mendukung kita untuk memperoleh hasil-hasil yg menonjol, untuk mengubah sudut pandang, relasi, serta mendukung kemampuan kita utk mewujudkan hasrat-hasrat terdalam kita. Kata-kata yg positif juga berpengaruh pada kesejahteraan jasmani dan pembersihan emosional.
Michael J. Losier dalam bukunya Law or Attraction mengatakan bahwa kata-kata kita mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk mewujudkan getaran yang dipancarkannya. Jadi, mengapa kita harus menggunakan kata-kata yang tidak kita inginkan? Gunakan saja kata-kata yang mengungkapkan hal-hal yang menjadi harapan kita agar hal-hal tersebut bisa terwujud. Bagaimana caranya? Simak yang berikut.

Ubahlah menjadi kata-kata positif

Jangan terlambat. ---------------Besok berangkatnya lebih pagi ya!
Jangan mengambil rute itu. ---------------Kita ambil rute yang ini saja.
Jangan panik. --------------------Tenang ya!
Jangan parkir di sini. --------------------Parkirnya di sana aja ya
Dilarang buang sampah sembarangan.---------------------Buang sampahnya di sini ya!/ Buang sampah pada tempatnya ya
Jangan lari ------------------Jalan aja yuk!
Jangan rebut------------------Bicaranya pelan-pelan aja ya!
jangan ragu-ragu menghubungi saya jika ada yang ingin Anda tanyakan--------------Kalau ada yang ingin ditanyakan hubungi saya ya!
Saya tidak boleh panik dalam menghadapi situasi ini -----------Kita tenang aja
saya tidak mau miskin---------saya ingin kaya
Aku sakit-----------aku merasa kurang sehat
Perutku sakit--------------perutku terasa kurang sehat
Aku takut------------------aku belum berani
Aku lupa---------------aku belum ingat
Ini terlalu sulit------------ini tidak mudah
Itu buruk-------------ini belum baik
Tidak masalah-------------baik-baik saja/terima kasih kembali
Nggak papa-------------it’s OK/ baik-baik saja OK
Jangan khawatir-----------Anda akan baik-baik saja
Aku sudah bekerja keras”----------------aku sudah bekerja dengan baik
Cari uang itu susah------------cari uang itu mudah
Jangan merokok ???--------------kita pengen sehat kan!
"Saya tidak pernah menjadi pengecut”-------------saya pemberani
Aku akan berangkat ngaji tetapi aku belum punya baju takwa---------aku akan berangkat ngaji walaupun aku belum punya baju takwa
Aku akan berangkat ngaji tetapi belum ada orang yang aku kenal --------------Aku akan berangkat ngaji walaupun belum ada orang yang aku kenal
Aku akan mendidik anak dengan baik tetapi aku ibu yang sibuk bekerja-----------Aku akan mendidik anak dengan baik walaupun aku ibu yang sibuk bekerja.
Dia pasti marah padaku karena tidak menyapaku ketika bertemu di jalan.-----------Mungkin dia tidak melihatku/Mungkin…………/Mungkin……….
Kamu harus rajin belajar---------Abi senang karena ali rajin belajar.
Kamu harus mengerjakan PR---------Umi senang karena ali rajin mengerjakan PR
Pokoknya nanti kamu harus datang ya----------Aku senang sekali kalau kamu bisa datang.
“Saya tidak ingin hidup melarat atau susah”----------saya ingin hidup berkelimpahan harta dan saudara
"Saya mau berhenti menggunjing"-------------saya ingin menjaga mulutku/aku ingin mulutku bersih
Miskin------belum kaya
Bodoh---------belum pandai
Hilang-------belum ketemu
Gagal------belum sukses
Ada Masalah--------ada tantangan