Saturday, December 24, 2011

Kelezatan Cinta menurut Imam Khozali

Setiap yang indah itu patut dicintai. Akan tetapi keindahan yang mutlak hanyalah satu, yaitu Yang Maha Esa. Maka bahagialah orang yang telah sempurna kecintaannya, kerinduannya, mahabahnya kepada Gusti Allah. Kesempurnaan cinta itu timbul karena ia memahami dan menghayati persesuaian batin antara dirinya dengan Gusti Allah Yang Maha Esa.

Kalam hikmah ini berasal dari Al-Mahabbah, yaitu salah satu dari kitab-kitab Al Ghazali yang dihimpun dalam kitab Ihya ‘Ulumiddin. Tentang hikmah ini, almarhum KH.R.Abdullah bin Nuh, seorang ulama besar sekaligus tokoh pergerakan nasional dan pendiri Yayasan Islamic Center Al Ghazaly Bogor, menyatakan, orang yang paling bahagia adalah yang paling kuat mahabahnya kepada Allah. Semakin kuat semakin besar kenikmatan serta kelezatan cintanya.

Lezat datang setelah ada mahabah. Mahabah timbul dari ma’rifat. Sedangkan ma’rifat timbul setelah hati bersih dan dari renungan fikir yang murni. Ingat serta terus-menerus memikirkan Gusti Allah. Memikirkan sifat-sifatNya, kerajaanNya, seluruh makhluknya, dan selanjutnya menaatinya.

Orang yang kuat memulai dengan ma’rifat kepada Allah swt. Kemudian dari ma’rifat ini ia mengenal hal-hal lain tentangNya, yakni perbuatanNya dan makhlukNya. Atau ada pula yang sebaliknya, dari mengenal perbuatanNya dan makhlukNya, orang tersebut sampai kepada ma’rifat.

Apa yang bisa mendorong seorang hamba bisa meneguk kelezatan telaga ma’rifat? Bukan lantaran dorongan ingin memperoleh surga atau pun takut neraka sehingga menjadi taat kepadaNya, melainkan karena cinta dan kerinduan kepadaNya.

No comments:

Post a Comment