Monday, October 24, 2011

Spiritual Kehidupan Manusia

SPIRAL KEHIDUPAN PERTAMA Anak-anakku Pengantin Baru (juga saudara-saudaraku para Pengantin Lawas). Kalian akan segera memasuki Lingkaran Spiral Ketiga dalam kehidupan kalian, bahkan insya Allah dengan perkenan-Nya, kalian juga akan memperoleh amanah untuk mengukir seorang kekasih Allah Yang Maha Pengasih, memasuki Lingkaran Spiral Pertama. Jika kalian sudah memasuki Lingkaran Spiral Ketiga, tidaklah berarti lingkaran-lingkaran spiral yang lain, lebih-lebih Lingkaran Pertama dan Kedua boleh diabaikan. Lingkaran Pertama dan Kedua justru harus terus menerus dimantapkan, disempurnakan agar kehidupan kita semakin lebih bermakna. Untuk memaknai Lingkaran Pertama, wahai pembaca – para kekasih Allah – marilah kita pahami terlebih dulu inti dari diri kita, yakni ruh dan tubuh. Karena sinergi dari ruh dan tubuh itulah sesungguhnya yang kami maksudkan dengan Lingkaran Spiral Kehidupan Yang Pertama. Sayangnya amat sangat sulit untuk mempe¬lajari ruh, sebab sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Al-Isra’ ayat 85: “Dan mereka pun bertanya kepada engkau perihal ruh. Katakan¬lah, Ruh itu urusan Tuhanku. Dan tidaklah diberikan kepada kamu ilmu mengenai¬nya, melainkan sedikit.” Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar yang enak dibaca menuturkan, ada satu riwayat yang diterima dari Ibnu Abbas bahwa ruh yang dimaksud di sini ialah malaikat. Memang ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang ruh itu berarti Malaikat (Surat Al Qadar, 97:4 dan Surat An Naba’, 78:38). Tetapi sebagian besar ahli ta’wil mengatakan bahwa ruh yang ditanyakan dalam ayat ini adalah ruh yang ada dalam tubuh manusia, yang merupakan suatu perkara besar, yang ilmu manusia tidaklah sampai kepadanya. Tuhan hanya memberikan ilmu yang sekelumit, supaya manusia insyaf bahwa tidaklah kita mempunyai upaya untuk mengetahui hakikat diri kita sendiri, usahkan mengetahui hakikat orang lain, apatah lagi Tuhan. Dan insyaflah bahwa hijab untuk menutupi kita dengan Tuhan ialah diri kita sendiri. Menurut Buya Hamka, di sinilah manusia dapat memahami suatu kalimat yang terkenal, yang senantiasa dijadikan buah tutur dan dikatakan sebagai hadis oleh setengah ahli tasawuf, yaitu: “Barang siapa yang telah mengenal akan dirinya, niscaya kenallah dia akan Tuhannya.”

No comments:

Post a Comment